Tips Keluarga Lindungi Anak dari Bahaya Internet

Rabu, 03 Juni 2009

Seiring dengan kemajuan teknologi, penggunaan Internet semakin luas di kalangan masyarakat. Banyak keluarga telah menggunakan jasa langganan Internet, sehingga di dalam rumah, anggota keluarga dapat mengakses Internet dengan mudah. Begitu juga dengan kehadiran telepon seluler yang memungkinkan seseorang dapat mengakses Internet kapan saja dan dari mana saja. Internet dapat memberikan manfaat positif, tetapi juga dapat berdampak negatif. Seorang anak yang menggunakan Internet sering kali menjadi sasaran empuk dari orang-orang yang berniat jahat maupun pornografi. Apa yang dapat dilakukan orang-tua untuk melindungi anak mereka?

Bila digunakan dengan baik, teknologi Internet tentu berdampak positif. Seseorang dapat dengan mudah mencari informasi yang ingin diketahui. Dengan hanya mengetikkan kata pada mesin pencari (search engine), ada banyak situs web yang dirujuk tentang informasi tersebut. Adanya e-mail memungkinkan seseorang dapat mengirim sebuah surat untuk orang lain dengan cepat dan mudah. Ruang obrol (chatting room) memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang saling berjauhan sekaligus. Atau yang sedang marak, hadirnya situs jaringan sosial seperti Facebook atau Friendster yang memungkinkan seseorang untuk menemukan teman lama yang sudah lama tidak dijumpai.

Namun, hal positif dari Internet ternyata dapat berakibat buruk bila digunakan secara tidak bertanggung jawab. Banyak anak yang ketagihan atau kecanduan Internet sehingga mereka betah berlama-lama di depan komputer sehingga lupa akan kewajiban mereka yang lebih penting untuk makan, mandi bahkan enggan untuk belajar. Salah satu penyebab seorang anak begitu menyukai Internet karena mereka mendapatkan suatu pengalaman baru dan mereka bisa mendapatkan kenyamanan. Atau mereka mendapat sesuatu dari dunia maya ini yang tidak bisa didapatkan di dunia nyata. Di dunia maya dia bisa menjadi orang lain yang diinginkan. Misalnya, seorang anak yang pemalu dapat dengan mudah berkenalan melalui chating atau e-mail. Dalam game online, mereka dapat membuat karakter mereka menjadi karakter yang cantik, kaya, atau hal lain yang mungkin berbeda dengan kehidupan nyata mereka.
Bahaya Pornografi Internet

Yang lebih memprihatinkan adalah bila seorang anak ketagihan pornografi di Internet. Dalam seminggu ada lebih dari 4000 situs porno dibuat! Benar-benar angka yang memprihatinkan. Ini tidak hanya melanda anak-anak, kerena banyak orang dewasa yang juga ketagihan pornografi di Internet karena dengan mudah dan tanpa malu, seseorang dapat mengakses dan melihat gambar-gambar porno bahkan melalui telepon genggam.

Awalnya, mungkin seorang anak tidak berniat untuk melihat pornografi dan akan memanfaatkan Internet untuk tujuan yang baik. Tetapi, situs porno ini dapat muncul secara tiba-tiba saat seorang anak mencari bahan informasi untuk tugas sekolahnya atau untuk keperluan lainnya. Seorang anak yang masih lugu belum dapat menilai baik atau buruknya suatu hal, maka seorang anak usia 8-12 tahun sering menjadi sasaran.

Pada usia ini, otak depan seorang anak belum berkembang dengan baik. Sedangkan otak depan adalah pusat untuk melakukan penilaian, perencanaan dan menjadi eksekutif yang akan memerintahkan tubuh untuk melakukan sesuatu. Pada otak belakang merupakan pendukung dari otak depan. Di sini juga dihasilkan dopamin, yaitu hormon yang menghasilkan perasaan nyaman, rileks atau fly pada seseorang.

Seorang anak yang kecanduan akan sulit menghentikan kebiasaannya sehingga dia akan melakukan hal tersebut berulang kali. Anak dapat merasa bersalah tetapi tidak berani mengutarakan perasaannya kepada orang-tuanya karena takut atau kesibukan ayah dan ibunya. Dalam keadaan cemas, otak berputar 2,5 kali lebih cepat dari putaran biasa pada saat normal. Akibat perputaran yang terlalu cepat ini, otak seorang anak dapat menciut secara fisik sehingga otak tidak berkembang dengan baik. Suatu keadaan yang dapat merusak masa depan seorang anak. Selain itu, gambar-gambar cabul yang ada di situs web porno, biasanya akan melekat dan sulit untuk dihilangkan dalam pikiran anak dalam jangka waktu yang cukup lama.
Bahaya Pemangsa Seksual

Internet juga sering dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk mengelabui anak-anak. Ada sebanyak 750.000 pemangsa atau predator seksual setiap hari yang memanfaatkan ruang rumpi (chatting room) untuk berkenalan, kemudian mengajaknya untuk melakukan hubungan seks. Bila tidak berhati-hati, pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dapat mencuri identitas pribadi yang dapat digunakan untuk melakukan kejahatan.
Ciri Kecanduan Internet

Ciri-ciri seorang anak yang sudah kecanduan Internet umumnya adalah akan marah bila Anda membatasi untuk menggunakan Internet. Dia juga cenderung enggan berkomunikasi dengan orang lain dan bersifat tertutup atau hanya mau berteman dengan orang tertentu saja.
Cara Menghindari Bahaya Internet

Berbagai bahaya di Internet dan masalah kecanduan Internet bukan tidak dapat diatasi. Dengan mengetahui dampak negatif dari Internet, sebagai orang-tua Anda dapat melindungi buah hati Anda dengan melakukan hal-hal berikut:

* Orang tua perlu memiliki pengetahuan tentang Internet

Jangan mengganggap diri terlau tua atau terlalu bodoh untuk mempelajari Internet. Istilah lainnya, jangan gaptek (gagap teknologi). Seorang anak dapat saja dengan sengaja membiarkan atau membuat orang tua tidak memahami teknologi sehingga orang-tua berpikir tidak ada dampak negatif dari Internet.

* Letakkan komputer di tempat yang mudah dilihat

Kadang orang-tua merasa bangga dengan dapat meletakkan dalam kamar anak mereka sebuah komputer yang terhubung Internet. Hal ini sebenarnya akan membahayakan anak Anda karena mereka dapat leluasa mengakses situs-situs yang tidak baik tanpa diketahui orang-tua. Sebaliknya, dengan meletakkan di tempat terbuka, misalnya di ruang keluarga, Anda dapat memantau situs apa saja yang dibuka anak.

* Bantu agar anak dapat membuat keputusan sendiri

Karena Anda tidak dapat mengawasi anak Anda 24 jam, biasakan anak Anda untuk mengambil keputusan mulai dari hal-hal yang kecil. Misalnya, memutuskan untuk menggunakan pakaian yang mana atau tanyakan pendapat dan sudut pandang anak. Sehingga saat Anda tidak ada atau saat muncul situs porno mereka dapat mengambil tindakan yang tepat. Tanamkan pula rasa takut akan Tuhan, sehingga walau Anda tidak ada, tetapi dia tahu bahwa Tuhan memperhatikan dan melihat apa yang dilakukannya.

* Batasi penggunaan Internet

Jangan biarkan anak anak terlalu asyik di dunia maya. Tetapkan berapa lama Internet boleh digunakan dan situs apa saja yang boleh diakses. Jelaskan juga mengapa Anda melakukan hal ini dan bantu anak untuk memahami keputusan ini.

* Jaga komunikasi yang baik dengan anak

Luangkan waktu untuk bercanda dengan anak dan berkomunikasi dengan terbuka. Komunikasi yang baik dan keakraban dengan anak akan memudahkan Anda untuk menanamkan nilai-nilai moral. Anda dapat menjelaskan kepada anak Anda apa saja bahaya dari penggunaan Internet agar mereka tidak mudah terkecoh.

Semua orang-tua tentu menyayangi anak mereka dan berusaha memberikan yang terbaik. Tetapi pengaruh dari luar, salah satunya bahaya Internet dapat merusak kecerdasan dan nilai moral anak sehingga Anda perlu melindungi anak Anda dari bahaya penggunaan Internet seperti pornografi dan para pemangsa atau predator seksual.

——————————

http://kumpulan.info/

Read more...

Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam melaksanakan Pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Berorientasi pada Perkembangan Anak
Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial.
2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.

3. Bermain sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan cara belajar anak usia dini. Melalui bermain anak bereksplorasi untuk mengenal lingkungan sekitar, menemukan, memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, dan kesimpulan mengenai benda di sekitarnya. Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitn dengan pengalamannya.

4. Lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan bermain anak.

5. Berpusat pada anak
Pembelajaran di PAUD hendaknya menempatkan anak sebagai subyek pendidikan. Oleh karena itu, semua kegiatan pembelajran diarahkan atau berpusat pada anak. Dalam pembelajaran berpusat pada anak, anak diberi kesempatan untuk menentukan pilihan, mengemukakan pendapat dan aktif melakukan atau mengalami sesndiri. Pendidik bertindak sebagai pembimbing atau fasilitator.

6. Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada pendidikan anak usia dini menggunakan pembelajaran terpadu. Dimana setiap kegiatan pembelajaran mencakup pengembangan seluruh aspek perkembangan anak. Hal ini dilakukan karena antara satu aspek perkembangan dengan aspek perkembangan lainnya saling terkait. Pembelajaran terpadu dilakukan dengan menggunakan tema sebagai wahana untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak secara utuh.

7. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Proses pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan berbagai kecakapan hidup agar anak dapat menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggung jawab, memiliki disiplin diri serta memperoleh keterampilan yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.

8. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran memanfaatkan lingkungan sekitar , nara sumber dan bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.

9. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang–ulang
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Untuk mencapai pemahaman konsep yang optimal maka penyampaiannya dapat dilakukan secara berulang

10. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.
11. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini dapat memanfaatkan teknologi untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan anak memenuhi rasa ingin tahunya.

Read more...

Tips Keluarga asi peras solusi buat ibu bekerja

Jadi, Bu, tak ada alasan untuk tak memberi ASI eksklusif pada si kecil. Sangat dianjurkan menyimpan ASI peras di lemari es karena tahan 2 hari dan kualitasnya pun tak berubah. Sekitar 70 persen ibu di Indonesia bekerja. Ini berarti, banyak ibu yang tak bisa menyusui. Namun bukan berarti si kecil tak bisa mendapatkan ASI sama sekali. Toh, ASI bisa diperas. Dengan begitu, si kecil bisa tetap memperoleh ASI, bahkan ASI eksklusif yaitu hanya ASI tanpa makanan tambahan apa pun hingga si kecil berusia 6 bulan. Hanya sayang, ASI peras tak bisa menggantikan tindakan menyusui itu sendiri. Seperti diketahui, tindakan menyusui punya banyak pengaruh untuk pertumbuhan mental dan fisik bayi. “Kalau saja semua bayi mendapatkan exclusive breast feeding minimal 4 bulan, saya yakin tak akan ada tawuran seperti sekarang ini. Karena anak-anak yang diberi ASI akan tumbuh menjadi anak yang kepribadiannya baik, lantaran mereka tumbuh dalam keadaan yang dinamakan secure attachment, suatu suasana yang aman, hingga mereka akan mempunyai kepribadian yang baik,” tutur dr. Utami Roesli, SpA, MBA. Itu sebab, ASI peras hanya dianjurkan bagi bayi-bayi yang ibunya bekerja. “Bila ibu tak bekerja atau si bayi bisa dibawa ke tempat di mana ibunya berada, harus diusahakan breast feeding atau menyusui langsung, bukan ASI peras,” lanjut ketua Lembaga Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu RS Sint. Carolus, Jakarta ini. Jadi, Bu, hanya bila situasi dan kondisinya tak memungkinkan untuk menyusui langsung, barulah si kecil boleh diberi ASI peras/perah. “Ibaratnya, tak ada rotan, akar pun jadi.” POMPA PISTON Namun sebelum kita memberikan ASI peras pada si kecil, ada beberapa “aturan” yang penting diperhatikan. Pertama, sebelum si kecil berusia 4 bulan, sebaiknya ASI peras/perah yang diberikan jangan menggunakan dot dulu karena si kecil akan “bingung puting.” Maksudnya, ia akan susah untuk kembali menyusu dengan benar pada payudara ibu. Kedua, bila sudah berada satu atap lagi dengan si kecil, hendaknya ASI peras yang masih ada jangan diberikan lagi, tapi bayi harus menyusu langsung pada ibu. Bukankah tindakan menyusui adalah rotan? Jadi, bila ada rotan, mengapa harus menggunakan akar? Adapun cara “menabung” ASI peras, yang paling baik dan efektif dengan menggunakan alat pompa ASI elektrik. Hanya saja, harganya relatif mahal. Lagi pula, masih ada cara lain yang lebih terjangkau bila punya dana lebih, yaitu piston atau pompa berbentuk suntikan. Prinsip kerja alat ini memang seperti suntikan, hingga memiliki keunggulan, yaitu setiap jaringan pompa mudah sekali dibersihkan dan tekanannya bisa diatur. Ironisnya, pompa-pompa yang ada di Indonesia jarang sekali berbentuk suntikan, lebih banyak berbentuk squeeze and bulb. Padahal, harga kedua pompa tersebut relatif sama. Namun bentuk squeeze and bulb tak pernah dianjurkan banyak ahli ASI. Soalnya, pompa seperti ini sulit dibersihkan bagian bulb-nya (bagian belakang yang bentuknya menyerupai bohlam) karena terbuat dari karet hingga tak bisa disterilisasi. Selain itu, tekanannya tak bisa diatur, hingga tak bisa sama/rata. MEMERAH DENGAN JARI Tentu saja ada yang lebih murah ketimbang pompa-pompa ASI tadi, yaitu memerah dengan jari. Cara back to nature ini amat sederhana dan tak perlu biaya. Namun agar hasil perahannya memuaskan, kita perlu mengenal sedikit anatomi payudara. Seperti dijelaskan Utami, payudara terdiri tiga komponen yang prinsipil, yaitu “pabrik” (di daerah berwarna putih), saluran, dan “gudang” (di daerah warna cokelat atau areola) ASI. Ketiganya seperti bejana berhubungan. “ASI diproduksi di ‘pabrik’nya yang berbentuk seperti kumpulan buah anggur. Setiap ‘pabrik’ ASI dilalui otot-otot. Bila otot-otot ini mengkerut, ia akan memompa ASI ke salurannya menuju ‘gudang’. Nah, agar pabrik memproduksi ASI lagi, syarat utamanya ASI di ‘gudang’ harus habis lebih dulu. Bila ‘gudang’ kosong, barulah ‘pabrik’ akan mengisinya kembali, begitu seterusnya,” papar Utami. Jadi, pada prinsipnya kita harus bisa mengeluarkan ASI yang ada di “gudang”. Caranya, tempatkan tangan kita di salah satu payudara, tepatnya di tepi areola. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tekan tangan ke arah dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk bersamaan. Pertahankan agar jari tetap di tepi areola, jangan sampai menggeser ke puting. Ulangi secara teratur untuk memulai aliran susu. Putar perlahan jari di sekeliling payudara agar seluruh saluran susu dapat tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain, dan jika diperlukan, pijat payudara di antara waktu-waktu pemerasan. Ulangi pada payudara pertama, kemudian lakukan lagi pada payudara kedua. Letakan cangkir bermulut lebar yang sudah disterilkan di bawah payudara yang diperas. CARA MENYIMPAN Sebenarnya, tutur Utami, memerah ASI hampir sama dengan mengeluarkan pasta gigi. Bila kita hanya menekan ujung pasta gigi, tentu pastanya tak akan keluar. Jadi, kita harus menekan agak ke belakang. “Bila tak keluar banyak, kemungkinan teknik ibu salah. Mungkin cara memerah susunya seperti melakukan massage payudara. Ini tak akan mengeluarkan ASI, karena yang ditekan pada massage payudara adalah ‘pabrik’ ASI bukan ‘gudang’nya. Kan, kita tak bisa langsung mengeluarkan ASI dari ‘pabrik’ tapi harus melalui ‘gudang’ dulu.” Jadi, bila tekniknya sudah benar, lama-kelamaan memerah ASI akan menjadi pekerjaan biasa. Waktu yang dibutuhkan pun tak sampai setengah jam, tapi susu yang terkumpul bisa mencapi 500 cc, lo. Setelah diperah, ASI harus di simpan dengan baik agar dapat bertahan lama. Menurut Utami, di udara terbuka, ASI perah bisa tahan 6-8 jam, tapi bila ditaruh di kantong plastik lalu dimasukan termos dan diberi es batu, akan tahan kira-kira 1X 24 jam. Lain lagi bila ASI perah dimasukan di lemari es, bisa tahan 2X24 jam. Sedangkan bila dimasukkan dalam freezer, bisa tahan 3 bulan. Namun dari semua cara penyimpanan tadi, lebih dianjurkan untuk memasukkan ASI ke dalam termos dan lemari es. “Sudah dibuktikan, lo, ASI perah yang dimasukkan ke termos dan lemari es tak mengalami perubahan komposisi gizi sama sekali. Hanya mungkin warna dan bentuknya saja yang berubah.” Tak demikian halnya jika dimasukkan dalam freezer, “ASI akan mengalami perubahan dalam hal jumlah imunoglobulin, yaitu protein molekul yang berfungsi sebagai daya tahan tubuh, karena ada yang mati akibat kedinginan.” SUAPI PAKAI SENDOK Selanjutnya, ketika ingin memberikan ASI perah pada si kecil, kita harus menghangatkannya dulu. Namun jangan dipanaskan di atas api, lo, karena mengakibatkan beberapa enzim penyerapan mati kepanasan. Beberapa buku dari luar menganjurkan untuk menyiram ASI dengan running tap water, tapi di Indonesia, kan, jarang ada keran yang berisi air hangat. Jadi cukup dengan mangkuk yang diisi air hangat (suhu airnya sama dengan suhu air yang biasa kita gunakan untuk mandi atau suhu tubuh). Adapun lama penghangatan tergantung suhu ASI, tapi prinsipnya buatlah suhu ASI seperti suhu tubuh karena akan menyerupai ASI yang dikeluarkan langsung. Nah, setelah selesai bisa langsung diberikan pada bayi. Namun cara pemberiannya jangan pakai botol susu dan dot, melainkan disuapi pakai sendok. Kalau si kecil langsung menyusu dari botol, lama-lama ia jadi “bingung puting”. Jadi, ia hanya menyusu di ujung puting seperti ketika menyusu dot. Padahal, cara menyusu yang benar adalah seluruh areola ibu masuk ke mulut bayi. Jadi, kalau si kecil sudah “bingung puting”, tak heran bila ia gagal mengeluarkan ASI di “gudang”nya. Salah satu tanda posisi si kecil salah menyusu ialah payudara ibu lecet. Akhirnya, si kecil jadi ogah menyusu langsung dari payudara lantaran ia merasa betapa sulitnya mengeluarkan ASI. Sementara kalau menyusu dari botol, hanya dengan menekan sedikit saja dotnya, susu langsung keluar. Tak usah cemas si kecil akan kekurangan ASI berapapun jumlah ASI perah yang dikeluarkan. Memang, pada awalnya si kecil akan gelisah dengan jumlah yang mungkin lebih sedikit dari biasanya, tapi bayi akan cepat beradaptasi, kok. “Maksimal pada hari keempat, bayi akan sudah terbiasa. Seberapa pun ASI yang ada, akan diminum. Kalau ditinggali 500 cc, akan diminum; begitu juga 300 cc, bahkan 200c. Namun ketika ibunya datang, ia akan minum habis-habisan. Jadi, bayi tak akan kekurangan ASI. Itu sudah dibuktikan, lo,” tutur Utami. Nah, Bu, tak ada lagi yang perlu dicemaskan, bukan? Ingat, lo, meski bunda bekerja, si kecil tetap bisa mendapatkan ASI ekslusif! Faras Handayani . Foto : Iman (nakita)

Jangan Cepat-Cepat Mengganti Asi Dengan Susu Formula Banyak ibu mengira ASI-nya sedikit hingga si kecil pun diberikan susu formula. Padahal, tegas Utami, tak ada ibu yang kekurangan ASI. “Jika bayi kekurangan ASI, bukan lantaran ibunya yang tak bisa memproduksi susu sebanyak yang diperlukan bayi, melainkan bayinya yang tak bisa mengambil dari si ibu sebanyak yang diperlukan,” terangnya. Jadi, jangan dibalik, ya, Bu! Nah, mengapa si kecil tak bisa mengambil ASI sebanyak yang ia perlukan, tak lain lantaran cara menyusunya yang salah. Jadi, kalau si kecil harusnya memperoleh ASI sebanyak 100 cc, misal, tapi karena cara menyusunya salah hingga yang didapat cuma 50 cc, akibatnya yang dipasok “pabrik” pun cuma 50 cc. Itu sebab, harus diperhatikan betul cara menyusu pada si kecil. Yang benar, seperti sudah diutarakan di atas, yaitu seluruh areola ibu masuk ke mulut si kecil. Faktor lain yang membuat si kecil kekurangan ASI lantaran ibu mengintervensi bayinya dengan macam-macam. Antara lain, begitu lahir si kecil langsung diberi susu formula yang sebetulnya enggak perlu. Belum lagi ketika memberi ASI perah pakai botol susu dan dot, bukan disuapi pakai sendok. Hani

Persiapan Memerah * Waktu yang paling tepat untuk memerah ASI ketika payudara sedang penuh, bisa diulang kembali sekitar 3-4 jam. * Alat-alat yang akan digunakan untuk memerah harus dibersihkan/disetrilisasi lebih dulu. Sebaiknya selesai memerah, alat-alat tersebut langsung dibersihkan hingga tetap terjaga kebersihannya. * Ketika memerah, sebaiknya ibu dalam keadaan tenang dan nyaman. Pilih ruangan yang memungkinkan ibu tak terganggu apa pun. Lebih baik lagi bila si kecil ada yang menjaga hingga konsentrasi ibu tak terganggu. * Cuci tangan dengan sabun dan air tiap kali hendak mulai memerah, sedangkan payudara cukup dicuci dengan air. Jangan gunakan sabun atau apa pun pada puting. * Minumlah satu gelas air/sari buah/susu/secangkir sup atau kacang ijo sebelum memerah ASI. Hani

Read more...

Tips Keluarga anak sudah besar tapi ngedot

Segera stop jika si kecil masih ngedot. Kuncinya, kita mesti tega!

Banyak, lo, anak usia 3-5 tahun yang masih menyusu dari botol. Ada yang terang-terangan dalam arti tak malu melakukannya di mana pun ia berada, baik di depan orang tua maupun orang lain atau teman-teman sebayanya. Namun ada juga yang melakukannya secara sembunyi-sembunyi; ia hanya “berani” menyusu dari botol kalau di rumah dan cuma di depan orang tua serta pengasuhnya, tapi di “sekolah” atau di lingkungan lain, kalau mau menyusu harus ngumpet dulu.

Kebiasaan menyusu dari botol yang berlangsung hingga usia prasekolah, menurut Mien Sumartono, merupakan indikasi dari kurangnya rasa aman dan nyaman pada anak. “Umumnya, anak dekat dengan botol karena sejak semula pemberian susu tak lewat ASI. Tentunya saat ia masih kecil, tiap kali menyusu dari botol, ibunya akan selalu berada di dekatnya. Entah sambil mengusap-ngusap kepalanya atau sambil mengelus-ngelus punggungnya. Nah, rasa itulah yang tak bisa lepas dari anak.” Jadi, rasa itu merupakan suatu hal yang sangat berarti yang tak dapat digantikan dengan hal lainnya.

Nah, karena rasa aman dan nyaman itulah, sekalipun malu pada teman-temannya, ia tetap melakukannya. Soalnya, faktor kebutuhan itu tak bisa dibendung. “Ingat, ketergantungan si anak tersebut sudah lama berjalan hingga kini ia berusia prasekolah. Jadi, perbuatannya itu telah menjadi rutinitas yang sulit dihilangkan. Anak akan merasa tak enak atau ada sesuatu yang hilang jika kebiasaannya itu tak ia kerjakan. Dengan demikian, yang tadinya suatu ketergantungan kini berubah menjadi kebutuhan,” tutur psikolog pada DIA-YKAI, Jakarta ini.

KURANG PERHATIAN

Tentu saja, sikap orang tua yang cenderung membiarkan anaknya menyusu dari botol akan makin memperkuat kebiasaan itu. “Bisa jadi, kan, sebenarnya orang tua tak pernah menyapih anak dari botol hingga anak pun lama-lama jadi ketergantungan dengan botolnya,” lanjut Mien. Selain, kebiasaan orang tua yang selalu memberikan susu pakai botol. “Pokoknya, sedikit-sedikit anak diberi botol supaya cepat diam dari tangisnya.”

Ibu-ibu yang kelewat sibuk bekerja atau malas bercapai-capai hingga segala asupan cairan buat anaknya dilakukan lewat botol, juga ikut mendukung terbentuknya kebiasaan tersebut. “Terlebih bila si anak bangun tengah malam, orang tua yang pemalas pasti akan memberikan botol kepada anak daripada memberikan gelas. Bukankah jika dengan gelas, berarti si ibu harus rela menunggui dan membantu anaknya minum?”

Tak tertutup kemungkinan karena orang tua kurang perhatian pada anak. “Orang tua baru sadar kalau anaknya masih menyusu dari botol setelah kebiasaan ini berlangsung hingga si anak besar.” Jika ini yang terjadi, “kebangeten, deh, si orang tua! Masa kebiasaan anak sendiri yang setiap hari ketemu tak tahu-menahu? Jika hal kecil itu saja sudah tak terperhatikan, apalagi hal-hal yang lain seperti tumbuh kembang anak.”

Hati-hati, lo, Bu-Pak, anak yang tak terperhatikan bisa merasa sakit hati. “Kok, Bunda enggak pernah memperhatikan aku, sih? Tiap hari sibuk kerja melulu,” misal. Akibatnya, anak sengaja melakukan perbuatan menyusu dari botol dengan harapan ibunya akan menegur. “Biasanya, si ibu pun melihat kebiasaan anaknya ini, mau tak mau akan menegur. Dengan demikian, sukseslah rencana anak dalam mencari perhatian kedua orang tuanya.”

Namun bila selama ini si kecil sudah lepas dari botolnya tapi tiba-tiba ia kembali menyusu dari botol, “bisa jadi gara-gara ia punya adik baru.” Bukankah dengan kehadiran adik, biasanya perhatian ayah-ibu akan beralih pada si adik? Akibatnya, ia merasa takut tak disayang dan diperhatikan lagi oleh orang tuanya. Nah, dengan kembali menyusu dari botol, ia ingin menunjukkan bahwa ia pun harus diperhatikan seperti dulu sebelum punya adik, atau ia ingin ibu-ayahnya juga memperhatikan dirinya, bukan cuma adiknya.

Menurut Mien, salah besar jika ibu tak lagi memperhatikan si sulung setelah adiknya lahir. “Jangan dikira karena si prasekolah sudah bisa mandiri, maka ia tak perlu lagi diperhatikan, lo.” Walau bagaimanapun, tegasnya, seorang ibu harus tetap membagi perhatian dan kasih sayangnya secara seimbang antara si adik dan si kakak.

TAK BOLEH DIBIARKAN

Kebiasaan ini tentulah tak boleh dibiarkan berkelanjutan, karena tak sesuai lagi dengan perkembangan anak yang harusnya sudah tak menyusu dari botol. Apalagi, bilang Mien, kebiasaan ini hanya menunjukkan ada ketergantungan terhadap botol dan ibu, hingga si anak nantinya akan selalu tergantung pada orang tua.

Dampaknya, “bisa saja kebiasaan ini menjadikan dirinya sebagai anak mami yang manja dan bila punya masalah langsung lari pada botolnya. Ia jadi tak terbuka, mengalami tantangan sedikit saja, larinya selalu ke botol.” Jadi, ia tak berusaha mandiri. Padahal, anak usia prasekolah harusnya sudah mampu mandiri.

Selain itu, anak usia prasekolah harusnya juga mulai bisa bergaul dengan lingkungan luar. “Nah, jika anak masih saja ketergantungan pada botol dan ibunya, bagaimana ia akan bersosialisasi dengan lingkungan luar rumah?”

Dampak lain, ia bisa menjadi minder atau rendah diri, lo. Soalnya, bila kebiasaannya itu sampai terlihat teman-temannya, ia pasti akan jadi bahan cemoohan atau ejekan.

BERI PENGERTIAN

Itulah mengapa, para ahli menganjurkan agar sedini mungkin anak disapih dari botol. Selain akhirnya anak jadi ketergantungan, untuk menghentikannya pun akan susah jika sudah ketergantungan. Namun tetap harus diupayakan untuk menyapih si kecil dari botolnya, ya, Bu-Pak. Ingat dampaknya, lo!

Saran Mien, sapihlah secara bertahap. Misal, bila dalam sehari si kecil minum susu 3 kali, maka yang satu kalinya atau yang pagi harinya, susu diberikan dalam gelas. Makin lama, minum susu dalam botol dikurangi hingga tinggal sekali sementara yang dua kali pakai gelas, sampai akhirnya si kecil terbiasa minum pakai gelas dan melupakan botolnya.

“Boleh juga awalnya pakai sedotan dulu ataupun gelas yang ada corongnya. Selanjutnya, secara perlahan si anak digiring supaya mau benar-benar minum pakai gelas.” Bisa juga kita buat perjanjian lebih dulu. Misal, “Kalau pagi, Kakak boleh minum susu dari botol, tapi siang dan malam harus pakai gelas, ya.” Jika si kecil tak mau, “beri dorongan atau bujukan agar ia mau minum dari gelas.”

Namun si kecil juga harus diberi pengertian, lo. Misal, “Kakak, kan, sekarang sudah besar. Kakak sudah bisa memegang gelas dan minum pakai gelas. Sebentar lagi Kakak juga mau masuk ’sekolah’, masa tak malu masih minum susu dari botol. Coba, deh, lihat teman-teman Kakak di ’sekolah’ pasti tak ada yang minum susu dari botol. Lagian, gigi Kakak juga bisa cepat rusak, lo, kalau terus-menerus menyusu dari botol.” Pokoknya, tegas Mien, kita harus rajin memberikan pengertian kepada si kecil. Tentu bahasa yang digunakan harus sederhana dan mudah dicerna anak seusianya.

Dengan memberi pengertian secara kontinyu, Mien yakin, akhirnya si kecil pasti mau mengubah kebiasaannya itu. Namun ingat, lo, jangan sekali-sekali menyetopnya sekaligus. “Cara ini takkan efektif, malah membuat anak melakukan pemogokan.”

BERI HADIAH

Tentunya, keberhasilan kita menghentikan kebiasaan si kecil menyusu dari botol, juga ditentukan dari tega-tidaknya kita melakukan tindak penyapihan ini. Apalagi pertama-tama disapih, si kecil pasti rewel dan mengamuk atau malah menjalankan aksi diam.

Jadi, perlu ketegasan dan kedisiplinan dari kita. “Sekalipun ia menangis atau mengamuk, kita harus tetap menegakkan aturan tersebut: mana yang boleh dan tak boleh dilakukan anak,” bilang Mien. Soalnya, bila kita tak tegas dan konsisten, si kecil malah akan kembali pada kebiasaannya itu.

Nah, untuk memotivasi si kecil agar mau menghilangkan kebiasaannya itu, kita bisa lakukan dengan memberinya hadiah. Tentu kita harus konsekuen: bila kita sudah menjanjikan ia akan dapat hadiah, maka kita harus menepatinya. Kalau tidak, si kecil akan merasa dipermainkan dan ditipu, “Ah, percuma saja aku minum pakai gelas. Habis, Bunda kemarin berbohong, tak memberikan hadiah.”

Namun hadiah yang diberikan sebaiknya jangan yang bisa dijadikan senjata oleh anak. Jadi, jangan sampai anak mau melakukannya karena mengharapkan imbalan. “Paling baik, hadiahnya berupa ucapan dan rasa kasih sayang.” Hadiah berupa pujian, apalagi diucapkan dengan penuh kasih sayang, akan lebih mengena di hati anak. Dengan begitu, anak akan merasa dihargai hingga membangkitkan self confidence-nya.

TAK USAH MARAH

Sebaliknya, pesan Mien, jangan sekali-kali menghukum anak dengan cara memarahinya, sekalipun kita harus bersikap tegas padanya. Selain cara ini tak membuahkan hasil, nantinya malah membuat anak makin menjadi-jadi dan sakit hati. Anak, toh, tak mengerti kenapa ia dimarahi, “Kata Bunda, minum susu itu sangat baik dan bisa membuat aku jadi pintar. Kok, sekarang aku malah dimarahi.” Karena sakit hati, anak jadi bertambah kuat keinginannya untuk minum susu dari botol, “Biarin, aku maunya pakai botol.” Bukankah di usia ini anak juga sudah dapat menunjukkan ego atau keakuannya? “Aku, kan, sudah besar. Kenapa harus dimarahi dan disuruh-suruh. Aku maunya pakai botol, kok!”

Lagi pula, kemarahan kita hanya membuat si kecil merasa tak nyaman, hingga ia pun makin menjadi-jadi melakukan perbuatannya itu. Ingat, minum susu dari botol membuatnya aman dan nyaman! Bahkan dalam beberapa kasus, anak seusia ini malah senang jika melihat orang tuanya marah atau jengkel. Hingga, ia pun melakukannya lagi supaya orang tuanya marah. “Jadi, ia malah melakukan sesuatu yang justru kita enggak suka.” Apalagi dengan kita marah, bukankah berarti ia telah berhasil menarik perhatian kita?

Mungkin kuncinya cuma tega, sabar, konsisten, dan memberi reward, ya, Bu-Pak.

Gazali Solahuddin. Foto : Rohedi (nakita)


Sumber:

Read more...

Tips Keluarga anak kurus vs anak sehat

Kurus memang tak selalu berarti tak sehat, kok. Hanya saja, kita harus tahu penyebab mengapa ia tampak kurus. Orang tua mana, sih, yang bisa anteng-anteng saja kalau anaknya tampak kurus. Bisa dipastikan berbagai upaya dilakukan orang tua agar si anak bisa gemuk. Sebab, dianggapnya anak gemuk, kan, pertanda sehat. Memang, diakui Aryono Hendarto, MD, dokter spesialis anak dari Subbagian Gizi dan Metabolik Bagian Ilmu Kesehatan Anak, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, sering terdapat kekeliruan persepsi dari para orang tua. “Anak sehat yang ideal itu identik dengan badan yang gemuk.” Padahal, tentu saja tidak. “Karena sesuatu yang berlebihan atau kekurangan pasti tak baik. Normalnya, berat badan yang sesuai usia dan tinggi badannya.”

ISTILAH ANAK KURUS Secara fisik, menurut Aryono, anak dikatakan kurus tak hanya berdasarkan berat badan saja tapi juga tinggi badan. Ada dua hal penting yang menyebabkan anak disebut kurus; 1)Kurus karena berat badannya kurang menurut umur, sementara tinggi badannya sesuai umur atau kurang menurut umur. 2)Kurus karena tinggi badannya yang lebih menurut umur sementara beratnya cukup menurut umur. Nah, kriteria sehat menurut WHO mencakup sehat fisik dan jiwa. “Anak kurus yang kedua bisa dikatakan sehat, kalau kriteria sehatnya itu jarang sakit. Sedangkan anak kurus yang pertama dikatakan tak sehat karena berat badannya dan bahkan tingginya pun kurang atau tak sesuai menurut umur,” papar Aryono, yang juga berpraktek di RSIA Hermina Jatinegara.

Pada prinsipnya, lanjut Aryono, kendati kurus, berat badan anak harus naik setiap bulannya sesuai dengan umur. “Nah, yang jadi masalah kalau anak kurus beratnya tak naik-naik. Ini harus dicari penyebabnya. Bisa karena asupan nutrisinya kurang, aktivitas anak yang berlebih meski asupannya cukup dan bisa juga karena ada penyakit yang melatarinya sehingga asupan makanannya kurang.” PARAMETER KURUS TIDAKNYA Berat badan merupakan salah satu parameter pertumbuhan seorang anak, di samping faktor tinggi badan. Karena itu terdapat istilah tumbuh kembang pada anak. Tumbuh berarti bertambah besar sel-selnya dan kembang berarti bertambah matang fungsi sel-selnya. “Nah, bila anak kurus beratnya tak sesuai dengan berat badan ideal menurut umur, maka dikatakan pertumbuhannya kurang baik,” terang Aryono. Yang jelas, berat badan ideal seorang anak memiliki range. Standarnya bagi anak laki-laki dan perempuan juga berbeda. Biasanya anak perempuan mempunyai berat badan lebih rendah dibandingkan anak laki-laki. Untuk ukuran berat badan ini umumnya di Indonesia menggunakan parameter yang diadaptasi dari Amerika yaitu NCHS (National Centre for Health Statistic).

Ada juga yang menggunakan hitungan Departemen Kesehatan untuk konsumsi nasional, yaitu KMS (Kartu Menuju Sehat). Nah, pada parameter ini bisa dilihat berat badan ideal seorang anak menurut umurnya dan juga jenis kelaminnya. “Bila berat badan anak lewat dari standar 100 persen maka dikatakan overweight dan di atas 120 persen disebut obesitas, sedangkan kalau beratnya di bawah 80 persen berat badan ideal dikatakan kurang gizi dan manifestasinya anak tersebut tampak kurus,” jelas Aryono. Namun, Aryono mengingatkan, bahwa berat badan harus dikaitkan dengan umur dan tinggi badan. Misal, anak perempuan 12 bulan dengan berat badan 7,2 kg dan tinggi badan 72 cm. Sedangkan berat badan rata-rata anak perempuan umur 12 bulan sekitar 9,6 kg. Jadi berat badan anak tersebut 75 persen dari berat badan rata-rata seusianya. Ini berarti anak tersebut termasuk gizi kurang. Tapi, kalau dilihat dari tinggi badannya maka ; 72 cm (tinggi badan anak) : 74 cm (tinggi badan seharusnya) x 100 persen, maka tinggi badannya adalah 98 persen dari tinggi badan ideal. Ini berarti bila dilihat dari tingginya yang baik maka anak tersebut termasuk gizi baik. “Interpretasinya adalah anak tersebut mengalami kekurangan gizi akut, karena berat badan kurang untuk berat badan rata-rata seusianya, tetapi tinggi badannya masih bagus. Tapi andaikata tinggi badannya sudah ikut terhambat maka dikatakan gizi kronik yang biasanya mencerminkan gizi buruk, artinya kekurangan gizi sudah berlangsung dalam waktu lama,” terang Aryono.

FAKTOR NUTRISI Bila yang terjadi adalah anak kurus dengan berat badan yang tak naik-naik, tentu saja bisa dikatakan sehat dan bisa juga tidak. Karena itu harus dicari penyebabnya; karena faktor nutrisi atau non nutrisi. Faktor nutrisi, misal, sang ibu merasa sudah cukup memberi asupan makanan yang bergizi. Kuantitas dan kualitasnya baik sesuai dengan menu gizi seimbang yang mengandung; karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Setelah dianalisis asupan dietnya ternyata yang diberikan kuantitasnya masih kurang dari kebutuhan. Padahal setiap bulan seorang anak beratnya harus selalu ada kenaikan. Secara kasar dapat dipakai patokan sebagai berikut; anak umur setahun beratnya tiga kali berat badan lahir. Umur 2 tahun kira-kira 4 kali berat badan lahir. Jadi, kalau bayi lahir dengan berat badan 3 kg maka pada usia 1 tahun beratnya 9 kg dan pada usia 2 tahun jadi 12 kg. Lebih spesifik lagi, bayi 3 bulan pertama kenaikan beratnya antara 600 gr-1000 gr. Jadi per minggunya naik 150-250 gr. Kemudian 3 bulan kedua naik sekitar 600-700 gram per bulan. Tiga bulan ketiga sekitar 400-500 gr. Tiga bulan keempat 300-400 gram. Di atas satu tahun, 1-3 tahun kira-kira kenaikannya sekitar 250 gram atau seperempat kilogram per bulan. Nah, kalau ternyata setiap bulan berat badannya tak naik atau naik tapi tak memuaskan maka harus dievaluasi kembali masukan nutrisinya dengan memperhitungkan pula aktivitas fisiknya. Apakah sudah cukup untuk mengantisipasi kelebihan aktivitasnya. “Namun dengan catatan anaknya sehat atau tak ada penyakit. Karena kalau aktivitasnya berlebih sementara masukan kalorinya cukup atau pas-pasan, maka kalorinya tak cukup disimpan untuk menaikkan berat badannya.” Memang ada periode-periode tertentu di mana anak sedang aktif, seperti usia satu tahun, anak mau bisa jalan. Pada anak-anak ini harus diberi tambahan kalori. Jadi kalau anak kurus tapi aktif dan tak ada penyakit yang mendasarinya maka asupan makanannya itu yang harus dianalisis. Untuk anak sehat yang kurus dalam hal makan pun tak ada yang khusus. Makanannya tetap dengan gizi seimbang sesuai dengan kelompok umurnya hanya jumlah kalorinya disesuaikan dengan kebutuhan menurut umur. Kecuali untuk anak sakit. Misalnya, anak sakit panas maka diberi yang lunak. Kalau diare diberi yang mudah diserap/dicerna. FAKTOR PENYAKIT Sementara itu ada juga anak kurus yang tak sehat. Menurut Aryono, biasanya karena terdapat penyakit yang mendasarinya. Akibatnya anak tak mau makan/anoreksia. Di Indonesia beberapa penyakit yang dapat menyebabkan anak kurus akibat tak mau makan antara lain adalah infeksi seperti infeksi paru-paru (TBC), infeksi saluran kemih, infeksi parasit dan lain-lain. “Selama penyakitnya tak disembuhkan maka tetap akan kurus, sebab asupan makannya kurang karena anak tak nafsu makan. Dengan begitu berat badannya pun tak naik-naik.” Biasanya anak kurus yang tak sehat karena ada penyakit yang melatarinya akan tampak seperti pucat, lesu, demam, tak nafsu makan dan berat badan pun tak mau naik-naik. Tapi bila penyakitnya disembuhkan, otomatis nafsu makan anak pun jadi membaik.

Dengan demikian berat badan pun akan bertambah. BUKAN TURUNAN Yang jelas, anak kurus bukan faktor turunan, lo. Berbeda dengan anak gemuk; menurut hasil penelitian, kalau kedua orang tuanya gemuk maka 70 persen anaknya berisiko gemuk. Bila hanya salah satu orang tua yang gemuk maka 40 persen anak berisiko gemuk. Sedangkan bila kedua orang tuanya tak gemuk maka anak berisiko 7-10 persen gemuk. Hal itu tak berlaku pada anak kurus. Kecuali masalah tinggi badan yang dipengaruhi kedua orang tuanya. Tinggi badan ini bisa membuat penampilan anak tersebut tampak kurus atau tidak. Bila kedua orang tuanya tinggi dan anaknya pun tinggi sehingga tampak kurus. Tapi, bisa juga, lo, kedua orang tuanya tinggi tapi anaknya pendek. Nah, kalau kemudian anaknya sering sakit, ya, jadi tampak kurus.” Begitupun dengan berat badan lahir. Bukan berarti bila berat lahirnya rendah lalu akan membuat kelak anak jadi kurus. Berat badan lahir normal biasanya sekitar 2,5 ­ 4 kg. Kecepatan tumbuh kembangnya sama sesuai kurva tumbuh kembang. Sedangkan, pada berat badan lahir rendah dibedakan dalam dua hal, yaitu karena umur kehamilannya kurang/prematur dan karena umur kehamilan cukup, semisal 39 minggu tapi berat badan janin rendah, misal 2 kg, maka dikatakan dismatur atau mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dalam rahim. Nah, bayi yang dismatur biasanya perkembangan berat badannya akan mengejar ketinggalannya. Karena sebetulnya dia normal tapi mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim. Justru setelah lahir bayi-bayi dismatur ini rakus dan bisa mencapai berat badan seperti berat badan bayi normal. Sedangkan yang lahir prematur, dengan berat badan lahir sangat rendah, misal 1 ­ 1,5 kg tentu memakai kurva perkembangan yang berbeda. Bisa jadi kenaikan berat badan selanjutnya pun mungkin tak seperti berat badan anak normal. Nah, Bu-Pak, setelah kita tahu rumusan berat badan anak jangan lagi membandingkan-bandingkan berat badan anak dengan anak tetangga, ya. Dedeh Kurniasih . Foto : Iman (nakita)

KIAT MENGGEMUKKAN BADAN ANAK Untuk membuat anak kurus menjadi gemuk, sangat tergantung penyebabnya. Bila lantaran penyakit, ya, harus disembuhkan dulu penyakitnya. Umumnya setelah sembuh dari penyakit, nafsu makannya akan membaik sehingga ia tak sulit makan. “Setelah itu berilah nutrisi yang baik agar berat badannya bertambah,” terang Aryono. Bila anak kurus bukan lantaran penyakit, maka untuk membuatnya menjadi gemuk dilakukan dengan menganalisis diet makannya. Tentu dengan menu gizi seimbang. Apakah asupan makannya sehari-hari sudah memenuhi kebutuhan sesuai umur dan aktivitasnya. “Jika anaknya termasuk aktif, dengan sendirinya maka asupan makanannya harus lebih banyak secara kuantitas.” Nah, bila berat badannya tak kunjung naik berarti asupannya tak memenuhi kebutuhannya. Sebetulnya untuk mencapai berat badan ideal sesuai umur sangat ditentukan oleh kuantitas dan kualitas makanan. Disamping itu pola makan, jadwal pemberian makan dan cara pemberiannya pun berpengaruh. Dalam hal pola makan, misalnya, bayi 0-4 bulan diberikan ASI eksklusif, usia 4-6 bulan makanan lumat seperti biskuit, bubur susu, usia 6 bulan nasi tim saring, usia 9 bulan nasi lembek/makanan padat. “Di atas 1 tahun sudah seperti makanan orang dewasa tapi masih lembek dan tak merangsang seperti banyak lada atau cabe.” Dalam hal jadwal makan harus diperhatikan waktunya. Ingat, Bu, perut anak kosong setiap 3-4 jam. Karena itu biasanya pemberian makan sekitar 7 kali sehari yang terdiri 3 kali makanan padat dan selebihnya susu untuk anak usia 1 tahun ke atas. “Jadi jangan mentang-mentang mau anak gemuk lalu dipaksa makan setiap jam, padahal belum waktunya makan. Itu, kan, malah jadi tak sesuai dengan fisiologis atau keadaan fungsi normal pencernaannya.” Cara pemberian juga penting dalam arti kata, anak tak boleh dipaksa . Misal, pada anak periode 6-9 bulan, periode kritis di mana anak belajar mengkoordinasi otot-otot menelan dan mengunyah. Sehingga bila diperkenalkan makanan padat, pada umur-umur sekian kadang dilepeh/dimuntahkan kembali. Nah, orang tua sering menginterpretasikan bahwa si anak tak mau makan atau tak senang makanannya. Padahal sebetulnya belum terampil. Karena orang tua cemas, buru-buru diberikan makanan yang cair-cair saja. Lama-lama jadi kebiasaan. “Kalau dilepeh, biarkan saja dan dicoba lagi.” Dedeh

PEMBERIAN VITAMIN Selain makronutrien, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, dalam tumbuh kembang anak dibutuhkan juga mikronutrien seperti vitamin dan mineral. “Bila anak kurus yang sehat sudah mendapatkan makanan yang memenuhi kaidah gizi seimbang tentu tak perlu diberikan vitamin lagi,” jelas Aryono. Sebab vitamin dibutuhkan oleh anak dengan pola makan yang tak memenuhi kaidah gizi seimbang, tak nafsu makan, yang sedang sakit atau yang baru sembuh dari suatu penyakit. Pemberian ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan vitaminnya dan juga anak jadi nafsu makan. “Tapi meski diberikan vitamin, anak kurus karena penyakit, selama penyakitnya itu tak diobati maka tetap saja nafsu makannya kurang baik.” Jadi, Bu-Pak, vitamin itu bukan perangsang nafsu makan atau penambah nafsu makan, tapi meningkatkan nafsu makan kalau anak itu kekurangan vitamin. Nah, konsumsi vitamin yang berlebih juga tak baik, lo. Semisal vitamin yang larut dalam lemak; vitamin A, D, dan E yang diolah dalam hati. Bila berlebihan akan membebani kerja hati. Kecuali vitamin yang larut dalam air seperti vitamin C. Jika kelebihan akan dikeluarkan dalam air seni. Karena itu, orang tua harus bijak dalam memberikan vitamin buat buah hatinya. Dedeh

Read more...

Obesitas Anak Penyebab dan Cara Mengatasinya

Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menyebabkan berbagai efek negatif untuk kesehatan. Anak-anak yang masih lugu tentu tidak memahami bahaya ini. Maka, merupakan tanggung jawab orang-tua menjaga agar anak mereka tetap sehat. Orang-tua harus mengetahui apa penyebab obesitas dan bagaimana cara mencegah atau mengatasi masalah obesitas anak.
Akibat Obesitas

Penyakit yang dapat ditimbulkan akibat obesitas adalah diabetes, darah tinggi, atau penyakit jantung. Penyakit-penyakit yang dulu dianggap sebagai penyakit usia lanjut dan dewasa, kini dapat dialami pada anak akibat timbunan lemak, kolesterol dan gula yang terdapat dalam tubuh. Gangguan pernapasan atau asma berisiko lebih besar dialami anak yang mengalami obesitas.

Selain itu, anak-anak dengan kelebihan berat badan atau kegemukan juga dapat mengalami kesulitan bergerak dan terganggu pertumbuhannya karena timbunan lemak yang berlebihan pada organ-organ tubuh yang seharusnya berkembang. Belum lagi efek psikologis yang dialami anak, misalnya ejekan dari teman-teman sekelas pada anak-anak yang telah bersekolah.
Penyebab Obesitas

Beberapa penyebab obesitas pada anak adalah:

*
Faktor genetik

Merupakan faktor keturunan dari orang-tua yang sulit dihindari. Bila ayah atau ibu memiliki kelebihan berat badan, hal ini dapat diturunkan pada anak.
*
Makanan cepat saji dan makanan ringan dalam kemasan

Maraknya restoran cepat saji merupakan salah satu faktor penyebab. Anak-anak sebagian besar menyukai makanan cepat saji atau fast food bahkan banyak anak yang akan makan dengan lahap dan menambah porsi bila makan makanan cepat saji. Padahal makanan seperti ini umumnya mengandung lemak dan gula yang tinggi yang menyebabkan obesitas. Orang-tua yang sibuk sering menggunakan makanan cepat saji yang praktis dihidangkan untuk diberikan pada anak mereka, walaupun kandungan gizinya buruk untuk anak. Makanan cepat saji meski rasanya nikmat namun tidak memiliki kandungan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Itu sebabnya makanan cepat saji sering disebut dengan istilah junk food atau makanan sampah. Selain itu, kesukaan anak-anak pada makanan ringan dalam kemasan atau makanan manis menjadi hal yang patut diperhatikan.
*
Minuman ringan

Sama seperti makanan cepat saji, minuman ringan (soft drink) terbukti memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah bila mengkonsumsi minuman ini. Rasa yang nikmat dan menyegarkan menjadikan anak-anak sangat menggemari minuman ini.
*
Kurangnya aktivitas fisik

Masa anak-anak identik dengan masa bermain. Dulu, permainan anak umumnya adalah permainan fisik yang mengharuskan anak berlari, melompat atau gerakan lainnya. Tetapi, hal itu telah tergantikan dengan game elektronik, komputer, Internet, atau televisi yang cukup dilakukan dengan hanya duduk di depannya tanpa harus bergerak. Hal inilah yang menyebabkan anak kurang melakukan gerak badan sehingga menyebabkan kelebihan berat badan.

Solusi Obesitas

Untuk Anda yang memiliki anak dengan kelebihan berat badan atau obesitas, hendaknya tidak memaksakan diet ketat untuk anak karena hal ini dapat mengganggu pertumbuhan dan kesehatannya. Sebaliknya untuk mengatasi obesitas anak atau mencegah anak Anda agar tidak mengalami obesitas, langkah-langkah yang dapat Anda lakukan antara lain sebagai berikut.

*
Perhatikan makanan yang akan diberikan untuk anak

Kurangi mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food, makanan ringan dalam kemasan, minuman ringan, cemilan manis atau makanan dengan kandungan lemak tinggi. Sebaliknya, sajikan daging dan sayuran segar. Perbanyak konsumsi buah dan susu yang baik untuk pertumbuhan anak. Berikan porsi yang sesuai dan jangan terlalu berlebihan.
*
Berikan sarapan dan bekal untuk anak

Sarapan merupakan awal baik untuk anak saat memulai harinya. Ini diperlukan agar anak dapat kuat saat beraktivitas di sekolah dan mencegah makan berlebihan setelahnya. Dengan membawa makanan dari rumah, orang-tua dapat mengontrol gizi anak dan menghindari agar anak tidak perlu jajan di luar.
*
Perbaiki teknik mengolah makanan

Jangan terlalu banyak menggoreng makanan agar tidak terlalu banyak lemak yang dikonsumsi. Anda dapat mencoba untuk mengukus, merebus atau memanggang makanan agar makanan lebih sehat.
*
Tetapkan aturan makan

Biasakan agar anak Anda makan di meja makan bukan di depan televisi atau komputer. Banyak orang akan tidak menyadari berapa banyak makanan yang sudah disantapnya bila dia makan sambil menikmati tayangan televisi atau di depan komputer.
*
Batasi kegiatan menonton televisi, video game atau penggunaan komputer

Melakukan kegiatan tersebut akan membuat anak Anda malas bergerak, maka diperlukan aturan tegas tentang berapa lama kegiatan ini boleh dilakukan. Selanjutnya, Anda dapat membantu anak Anda agar menyenangi hiburan lain seperti bersepeda, bermain bola atau sekedar lompat tali.
*
Lakukan kegiatan yang memerlukan aktivitas fisik

Anda dan anak-anak dapat merencanakan untuk melakukan kegiatan olahraga bersama seperti jogging, lari pagi, berenang, badminton atau olahraga lainnya. Atau rencanakan liburan bersama di pantai, kebun binatang atau taman sehingga Anda dan anak dapat lebih banyak berjalan kaki.

Anak yang gemuk memang lucu dan menggemaskan. Namun jagalah putra dan putri kesayangan kita agar mereka bertumbuh dengan sehat dan juga memiliki pola hidup dan pola makan yang sehat. Orang-tua bertanggung jawab untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Ingatlah bahwa obesitas atau kegemukan bukanlah hal yang bagus bagi seorang anak.

—————————

KumpuLan.Info

Read more...

Ketika Istriku yang kedua mulai bertingkah

Saya punya istri ke-dua sejak dua taun yg lalu, dan sekarang tengah memasuki taun ke-tiga. Sedangkan istri pertama sy nikahi setaun sebelum sy mempunyai istri yg ke-dua. Dan itu atas ijin dari istri pertama lho…

Sebenernya kami bertiga sangat bahagia dg kehidupan kami, apalagi sekarang kami dikaruniai 2 putra. ( dua2nya berasal dari istri yg pertama dan 22nya terlahir normal tanpa caesar, karena sy tidak mau mempunyai anak dari istri yg ke-dua. alasannya akan sy sampaikan di akhir tulisan ini ). Sungguh suatu keindahan yang tak terbayangkan, dan Anda tau? Sy, istri pertama, dan istri ke-dua tinggal dalam satu rumah… Jarang kan Anda menemukan hal ini? Beuh… istri mana yg mau makan ati :D

Namun… ternyata hidup itu selalu ada ujian.. Saat mulai menginjak taun ketiga bersama istri ke-dua, barulah sy mulai melihat gelagat gak bener dg istri saya yg ke-dua. Kaget juga sih, tapi sy coba untuk tetep tenang dg kelakuan istri saya tersebut.

Istri sy rupanya mulai kecewa dg perhatian sy terhadap dia. Padahal, menurut perasaan sy, dialah yg paling sering aku ajak jalan2. Dia juga yg sering menemani aktifitas sy selama sy bertugas keluar kantor. Hah.. memang kadang sy suka kurang ngerti dg pola pikir dia.

Sampai suatu hari, istri sy tersebut mungkin bener2 gak tahan dg sikap sy yg tidak mengindahkan sikap manjanya akhir2 ini. Walhasil dia bener2 ngambek… mulai dari gear rontok, kabel kopling putus, rante kering, ampe ban pun ikut2an bocor, huh… capek deh. Tanpa banyak basa basi langsung aja kirim ke bengkel sekalian service besar..

Saat nunggu dibengkel, sy merenung… memang istriku yg pertama tetap yg terbaik… I love U mama ….

Sumber:sakainget.wordpress.com

Read more...

  © Free Blogger Templates Columnus 2008

Back to TOP