Tampilkan postingan dengan label anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label anak. Tampilkan semua postingan

Tips Keluarga Latih Tanggung Jawab Anak Lewat Binatang

Rabu, 03 Juni 2009

BINATANG peliharaan yang Anda berikan kepada si kecil akan melatihnya bertanggung jawab dan memiliki rasa mencintai. Jangan lupa, pilih binatang yang tak berbahaya bagi si kecil.

Lucu dan menggemaskan, itulah yang menjadi pertimbangan bagi banyak orang untuk membeli dan memelihara hewan peliharaan di rumah. Selain itu hewan peliharaan juga bisa menjadi teman bermain buah hati Anda. Memang tidak semua anak menyukai binatang, malah ada yang takut dengan binatang tertentu. Namun, ada juga anak yang sangat suka binatang.

Bila buah hati Anda, termasuk pencinta binatang, tak ada salahnya Anda memberikan binatang untuk teman bermain. Binatang peliharaan yang menjadi favorit kebanyakan orang tua untuk diberikan kepada anak-anaknya, antara lain, anjing, kucing, hamster atau ikan-ikan yang berenang di dalam akuarium.

Tak hanya sebagai teman bermain, binatang yang Anda berikan buat si kecil bermanfaat bagi perkembangan mental dan psikis. Saat Anda memberikan binatang kepadanya, berarti secara otomatis Anda memberikan tanggung jawab kepada si buah hati. Mereka akan mulai bertanggung jawab untuk memberinya makan. Selain belajar tanggung jawab, anak-anak juga akan belajar mencintai sesama makhluk hidup. “Binatang yang diberikan kepada mereka akan melatih tanggung jawab pada anak,” kata Psikolog Anak dari Universitas Indonesia (UI) Dr Farah Siregar.

Ditambahkan Farah, anakanak cenderung menganggap hewan peliharaan yang mereka peroleh sebagai teman baik. Jadi anakanak merasa seorang teman bisa diperlakukan seperti ketika dirinya bermain-main dengan anak-anak seusianya. Perlakuan yang sama itulah yang juga akan mereka berikan kepada hewan peliharaan yang mereka miliki. “Karena kecenderungan anak menganggap peliharaan mereka sebagai seorang teman, orang tua harus benar- benar memilih binatang yang aman untuk mereka,” kata Farah dihubungi beberapa waktu lalu.

Jika anak-anak sudah menganggap binatang mereka sebagai teman, mereka tidak sungkan-sungkan memeluk, mencium bahkan memukul binatang kesayangan mereka jika marah. Saat itulah orang tua harus melindungi anak-anaknya. Entah itu kemungkinan bakteri yang menular atau alergi yang bisa saja terjadi pada anakanak yang sensitif, atau kemungkinan anak digigit karena hewan yang menggigit karena merasa tersakiti.

Sebelum memberikan hadiah kepada anak-anak seekor binatang, orang tua juga harus bijak menentukan hewan yang akan dipelihara. Misalnya, apakah sesuai memelihara anjing herder di rumah sempit atau di apartemen yang kecil. Apakah kucing angora tidak akan mengganggu anggota keluarga lain yang alergi terhadap bulu-bulu. Tentukan pula apakah biaya ke dokter hewan cocok dengan anggaran belanja.

“Hitunglah dengan matang saat memilih binatang yang ingin dibeli. Jika sudah dibeli, ajarkan kepada anak batasan-batasan dalam permainan dengan hewan barunya,” katanya.

Batasan-batasan yang tegas yang diberikan kepada anak itu bisa berupa larangan. Misalnya, larangan untuk mencium anjing yang sedang bermain, atau larangan memeluk kucing anggora ketika tangan dalam keadaan basah. “Dengan larangan dan aturan yang tegas, anak jadi tahu dan sadar bagaimana sebenarnya bermain dengan hewan,” ujar dia.

Bila tidak dapat memelihara binatang peliharaan di rumah, jangan khawatir. Ini karena tidak harus memiliki binatang peliharaan untuk mengenalkan kehidupan binatang kepada anak-anak. Orang tua dapat membawa anak ke kebun binatang, Seaworld, peternakan, tempat penangkaran atau di objek wisata sentuh, di mana anak-anak bisa menyentuh binatang.

Memilih binatang yang tepat bagi anak di rumah, ternyata juga mendapat tanggapan serius dari orang tua dari tiga anak, Sri Hannah, 39 tahun. Menurut dia, hewan peliharaan itu penting bagi anak-anak karena bisa membuat anak lebih ceria, memiliki kesibukan yang bermanfaat daripada bermain game.

Hannah yang juga seorang dokter gigi tersebut mengatakan bahwa peliharaan dapat membantu membangun self-esteem dan rasa percaya diri anak. Juga bisa memperkaya perkembangan emosional anak dengan membuat anak terpapar masalah-masalah penting, seperti reproduksi, kelahiran, penyakit, kecelakaan, kematian, dan rasa sedih.


Sumber: adhymantovani.wordpress.com

Read more...

Tips Keluarga Pahami Stres pada Anak

SEORANG anak yang berperilaku nakal belum tentu karena si anak tersebut memang nakal. Coba cari tahu penyebabnya, bisa saja si kecil sedang dilanda stres?

Apa yang Anda pikirkan ketika mendapati anak berperilaku nakal atau suka menjahili temannya? Rasa jengkel pasti tebersit, tapi tunggu dulu! Jangan buru-buru memarahinya karena kenakalannya belum tentu karena dia memang nakal.

Mungkin saja ada faktor-faktor dari luar yang memicu anak jadi stres sehingga lantas bermanifestasi dalam bentuk kejahilan atau kenakalan. Dan jangan lupa, masalah yang bersumber dari rumah juga bisa terbawa sampai ke sekolah loh!

“Rata-rata anak yang mengalami stres berasal dari keluarga yang broken. Misalkan bapaknya suka memukuli ibunya, atau bapaknya jarang pulang. Gejala yang tampak di kelas seperti kelihatan ingin menang sendiri, ingin menguasai temannya, pemberontak atau malah sebaliknya berubah menjadi pendiam dan tidak mau apa-apa lagi,” sebut Dra Faida Delta dari SD Pondok Kelapa 03 Pagi, Jakarta.

Gejala yang tampak ketika seorang anak merasa tertekan memang bisa bermacam-macam dan berbeda-beda. Manifestasinya bisa berupa keluhan fisik seperti sakit perut, migran, dan asma. Atau bisa saja menimbulkan gejala psikis seperti murung dan ketakutan. Ada pula yang menangis tanpa henti dan berlari tanpa arah tujuan.

Menurut Spesialis Perkembangan Anak dari North Carolina Cooperative Extension Service, Karen DeBord PhD, gejala-gejala umum stres bisa berbeda pada setiap tahap perkembangan anak.

Pada anak-anak usia preschool bisa diamati dari kurangnya kontrol dirinya, suka lupa waktu, ingin menang sendiri, perubahan pola makan dan enggan bercerita kepada orang tua tentang perasaannya. “Mereka juga agak gugup saat bicara, sulit tidur dan terkadang mengompol,” ujarnya.

Reaksi yang lebih spesifik juga bisa tampak dari anak yang ketakutan, menangis sejadi-jadinya, atau bahkan paranoid. Ada pula anak yang sikapnya kembali seperti bayi lagi. Ia akan merasa ketakutan saat sendirian ditinggal orang tuanya, suka mengisap atau menggigiti jarinya, atau menjadi sangat sensitif terhadap suara-suara.

“Rasa sedih atau marah juga melingkupinya sehingga terkadang dia mimpi buruk, menjadi lebih agresif atau tiba-tiba tidur telungkup sambil menutup kuping,” kata Karen.

Melangkah ke masa SD, tipikal anak pada usia ini akan marah dan merasa stres ketika segala sesuatu berlangsung tidak sesuai harapannya.

Manifestasinya bisa pada perubahan perilaku menjadi lebih agresif, bolos sekolah, ketakutan dan hilangnya konsentrasi. Reaksinya juga bisa dengan cara menarik diri dari pergaulan, merasa tidak dicintai dan tidak dipercaya,serta kesulitan mendefinisikan perasaan yang dialaminya.

“Di bawah pengaruh stres, mereka juga mengkhawatirkan masa depannya, kehilangan semangat, mengeluh sakit kepala dan sakit perut, kesulitan tidur, serta sering buang air kecil,” sebut Karen.

Selanjutnya menginjak masa pra-remaja, perasaan tertekan biasanya tampak dari sikap suka memberontak, timbul masalah kulit, dan gangguan tidur. “Gejala ini bisa hilang-timbul dengan tibatiba,” katanya.

Kemarahan yang muncul pun biasanya berlangsung lebih lama, pikiran kosong,berkurangnya rasa harga diri dan tidak percaya pada banyak hal di dunia ini. “Orang tua perlu waspada karena mereka juga bisa menunjukkan perilaku yang ekstrem dan berisiko tinggi, seperti mengonsumsi alkohol atau narkoba, bahkan bunuh diri,” sebutnya.

Lantas, apa yang harus dicermati para orang tua? Perubahan perilaku anak adalah jawabannya karena merupakan indikator paling sering dijumpai. Menjahili teman juga bisa jadi merupakan cara anak melampiaskan kegalauan dan stres yang tengah dialaminya. Akibatnya, teman yang dijahili pun jadi ikut-ikutan stres.

“Sering kali ditemui tiba-tiba anak menjadi mogok ke sekolah. Setelah ditelusuri, ternyata masalahnya dia sempat dijahili temannya atau kalah dalam kompetisi. Namun, semuanya kembali lagi pada karakter masing-masing anak,” kata pendidik sekaligus ahli montessori, Lely Tobing.

Karakter anak memang turut menentukan ketahanan dan penerimaannya terhadap stres. Hal tersebut juga dibenarkan oleh penulis buku Help Kids Cope with Stress & Trauma, Dr Caron Goode, yang mengatakan bahwa pengalaman dan kematangan emosional anak juga turut membentuk karakter yang pada akhirnya dapat membantu si anak dalam mengatasi rasa stresnya.

Untuk itu, dalam hal sistem pengajaran di sekolah, Lely Tobing menyarankan agar para guru mencoba mengenali karakter anak didiknya.

“Buatlah strategi pengajaran berdasarkan karakter anak didik, kalau memang sekolah memakai metode active learning atau pendekatan individual. Guru juga harus banyak berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang tua. Sebab, biasanya guru tahu saat si anak mood-nya sedang naik atau turun,” papar Lely.

Lebih lanjut Lely mengungkapkan bahwa untuk anak usia di bawah 6 tahun, lingkup sosialnya masih sangat terbatas. Dengan begitu, guru dan orang tua menjadi orang terdekat di luar pengasuhnya.

“Otomatis jika karakter orang terdekat ini membuatnya tidak nyaman, dia pasti akan terganggu dan timbul stres,” sebutnya.

Ketika anak mulai masuk sekolah, relasi sosialnya akan bertambah lagi seperti dengan guru olahraga atau penjaga sekolah. Terkadang lika-liku kehidupan sosial bersama teman di kelas yang sepele sekalipun bisa membuat anak tidak nyaman. Misalkan saat harus berpindah tempat duduk atau bertukar teman sebangku.

Seiring perkembangan usia, potensi bersinggungan dengan stres kian bertambah. Contohnya anak yang mendekati masa puber akan mengalami fase krisis identitas, mulai naksir teman sekelas, dan ketika dikecewakan timbullah stres yang berdampak pada nilai tes yang buruk dan tindakan bullying terhadap teman-temannya.

“Kehidupan sekolah menunjukkan angka stres yang meningkat setiap tahunnya. Dan kasusnya juga kian beragam dan menakutkan. Pesta ulang tahun di sekolah dan kompetisi olahraga antarkelas pun bisa menjadi pemicu reaksi stres pada seorang anak,” kata Dr Caron Goode.


Sumber: adhymantovani.wordpress.com

Read more...

Tips Keluarga Kuatkan Hubungan Emosional Ibu & Anak

GERAKAN dan stimulasi bayi mengoptimalkan semua aspek tumbuh kembangnya, meliputi saraf motorik, sensoris, juga bahasa. Mendukung tumbuh kembang dan kesehatan bayi di seluruh dunia, khususnya Indonesia, Pampers mengkreasikan baby first fitness.

Inovasi Pampers ini merupakan program kesehatan bayi yang gerakan-gerakannya fokus pada bagian perut, pangkal paha (selangkangan), serta kaki yang merupakan aspek terpenting dalam menopang tubuh bayi.

Ada dua program gerakan dalam baby first fitness yang dibagi sesuai usia bayi, masing-masing program berlangsung 15-30 menit. Program pertama ditujukan untuk bayi usia 8 bulan-1 tahun, sedangkan program kedua untuk bayi usia 1-2 tahun. Program ini memperkenalkan orang tua terutama ibu bahwa olahraga bagi anak dapat dimulai sedini mungkin, asalkan dengan metode yang tepat.

“Susunan gerakan baby first fitness diadopsi dari gerakan yoga yang telah dimodifikasi dan dipercaya cukup aman, sehat, dan menyenangkan bagi anak,” kata Patria Arumdhati, instruktur sekaligus kreator Pampers baby first fitness.

Berdasarkan penelitian, selama masa tumbuh kembang, bayi beradaptasi dahulu dengan tubuhnya, dan salah satu caranya adalah dengan mengeksplorasi gerakan-gerakan yang dapat dilakukannya. Baby first fitness adalah program yang tepat untuk membantu bayi merasakan adanya kesadaran nalar yang tentunya berhubungan dengan jiwa dan tubuh.

Fokus gerakan baby first fitness adalah dasar pembentukan postur anak, memperkuat tubuh anak, menjaga kesehatan badan, serta membantu konsentrasi sehingga anak bisa lebih tenang dan memudahkan orang tua dalam berkomunikasi sehari-hari.

“Inti baby first fitness sebenarnya adalah orang tua belajar mendengarkan anak, bukan sebaliknya. Saat floor time (bermain bersama anak) yang jadi leader adalah anak, kecuali sudah ke hal berbahaya, baru diarahkan,” tukas Rini Sekartini, MD, pediatrician Department of Child Health Medical School University of Indonesia kepada okezone saat ditemui di peluncuran “Pampers Baby First Fitness” di Mal Karawaci, Tangerang, baru-baru ini. Sabtu

Lebih lanjut Rini menegaskan, baby first fitness lebih dari sekadar olahraga, karena memberikan kesempatan bagi ibu dan anak untuk meningkatkan kualitas kebersamaan, kualitas hubungan batin melalui sentuhan dan interaksi mata, suasana hati lebih riang, dan memberi waktu ibu untuk rileksasi.

Gerakan baby first fitness

Baby first fitness terdiri dari 12 gerakan untuk bayi usia 8 bulan-1 tahun dan sembilan gerakan untuk bayi usia 1-2 tahun, mulai pemanasan, inti, hingga pendinginan. Pengulangan masing-masing gerakan sebanyak lima kali.

Ditegaskan Patria, tiap gerakan punya manfaat. Sebagai contoh gerakan see saw pada program bayi usia 8 bulan-1 tahun di mana ibu berbaring di lantai, sementara kaki digunakan untuk menopang tubuh bayi untuk diayun seperti pesawat. Tujuan gerakan mengajarkan keseimbangan pada anak dan melatihnya agar lebih berani.

Ada pula gerakan doggie di mana anak berdiri lalu membungkukkan dan mencondongkan badannya ke depan dengan kedua tangan menyentuh lantai, sementara ibu memegang bokong bayi dari arah belakangnya. Tujuan gerakan menguatkan punggung, lengan, dan kaki anak, mensuplai darah yang mengandung oksigen ke otak, dan memberikan efek fresh ke anak.

“Nggak masalah kalau anak cuma dapat satu atau dua gerakan inti, tapi yang penting harus pemanasan dan pendinginan. Memang tidak maksimal sasaran yang didapat, tapi setidaknya ibu dan bayi bisa fun di dalamnya. Itu juga poin penting baby first fitness,” tutur Patria.


Sumber: adhymantovani.wordpress.com

Read more...

Ajarkan Bahasa Inggris kepada Anak sejak Dini

DI ERA globalisasi ini, bahasa Inggris sudah menjadi kewajiban untuk dipelajari. Sebab itu, belajar bahasa Inggris perlu diterapkan pada anak sejak dini. Mendengar anak kecil fasih berbahasa Inggris bukan lagi hal yang mencengangkan. Bahkan, di beberapa sekolah dasar, terutama swasta banyak yang sudah menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Lalu, apabila bahasa Inggris sudah biasa digunakan anak, apakah bagus untuk sosialisasi mereka, bagaimana dengan bahasa Indonesia? Sejauh mana anak diharuskan pandai berbahasa Inggris?

Dikatakan oleh psikolog dari I Love My Psychologist,Dra.Psi. Heryanti Satyadi M.Si, peranan bahasa Inggris lebih terasa diperlukan anak-anak di kota-kota, terutama di kota-kota besar. Indonesia memang belum mewajibkan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, tetapi kelihatannya kita sedang menuju ke sana.

“Jadi mempersiapkan anak lebih awal akan jauh lebih baik karena anak menjadi siap bila masa itu sudah datang,” tutur psikolog yang berpraktik di Kawasan Kelapa Gading ini.

Selain itu, manfaat yang lain adalah di mana pada saat ini buku dan bacaan yang bagus untuk mereka, juga banyak terdapat di dalam bahasa Inggris. Mereka akan lebih diuntungkan bila menguasai bahasa Inggris karena mereka akan lebih banyak memperoleh informasi. Juga dalam mengoperasikan komputer, bahasa Inggris sangat dominan menjadi bahasa pengantarnya.

Heryanti juga menambahkan, yang tidak kalah pentingnya, pertemanan mereka dapat menjangkau sampai ke luar negeri tanpa terhambat dengan bahasa. Saat ini fasilitas Facebook, Friendster, blog sangat baik untuk anak-anak melatihkan kemampuan bahasanya. “Peranan bahasa Inggris sudah cukup banyak di dalam kehidupan anak-anak kita sekarang,” ucapnya.

Masih dikatakan Heryanti, bila anak dilatih bahasa Inggris sebagai bahasa ibu, artinya ia harus diajarkan segera setelah ia berusia kurang lebih 10 bulan-12 bulan. Orang tua harus konsisten berbicara dalam bahasa Inggris dan tidak boleh mencampur-campurkan dengan bahasa lainnya dengan intensitas yang sama.

Namun, bila bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, maka bahasa utamanya, misalnya bahasa Indonesia harus lebih diaktifkan, dijadikan bahasa dialog sehari-hari sampai ia fasih.

“Biasanya anak fasih berbahasa sampai berusia 12 tahun. Bila ingin mengajarkan bahasa Inggris menjadi bahasa yang sama fasihnya, maka intensif kan bahasa ini mulai dari usia ini,” pesan psikolog yang sedang kuliah doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Bila kita menginginkan anak untuk mempelajari dua bahasa sekaligus dengan intensif, maka anak akan mengalami keterlambatan tingkat kefasihan bahasanya. Umumnya, baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris tidak dapat dikuasainya seperti anak-anak lain yang belajar satu bahasa saja. “Untuk berbicara dengan bahasa sehari-hari, cukup diajarkan di rumah dari orang tuanya,” ujarnya.

Dilanjutkan Heryanti, tetapi jika untuk melatih tulis menulis, anak-anak perlu diajarkan di sekolah atau bisa juga dengan menggunakan jasa guru privat atau dengan les privat. Les privat dapat membantu anak lebih memahami dan lebih fokus dalam mempelajari bahasa Inggris karena ia mendapat guru yang khusus hanya memperhatikannya. “Belajar bahasa membutuhkan dialog yang cukup, oleh sebab itu guru les privat sangat membantu kemajuan pelajarannya,” pesannya.

Salah seorang pakar psikologi pendidikan berkebangsaan Australia, Tony Earnshaw menciptakan program pembelajaran membaca dan menulis bahasa Inggris yang sistematik dan kemudian menjadi cara yang paling mudah penerapannya dan terbukti efektif bagi anak-anak.

Tony mulai melakukan penelitiannya di Australia. Menyadari masalah terbesar pada anak-anak dalam menjalani pendidikan dasar berhubungan dengan masalah membaca dan menulis. Tony kemudian bergabung dengan Annabel Seargeant yang juga pakar psikologi pendidikan, untuk melakukan penelitian tentang penyebab pada anak-anak yang mengalami kesulitan membaca.

Setelah menghabiskan waktu lebih dari dua dekade untuk melakukan penelitian yang komprehensif dan mempelajari perilaku anak-anak yang mengalami masalah dalam membaca di Perth dan Sidney, Australia, Tony dan Annabel menemukan apa yang menjadi penyebab kemampuan membaca yang buruk dan menemukan cara yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.

“Terdapat 44 bunyi dalam bahasa Inggris, 26 bunyi di antaranya merupakan bunyi alfabet secara umum dan sisanya merupakan variasi bunyi,” papar Tony pada saat acara jumpa pers sekaligus pembukaan “I Can Read” cabang Menteng, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tony menuturkan, untuk anak-anak yang ingin cepat pandai dalam bahasa Inggris, maka peka terhadap 44 bunyi tadi adalah suatu hal yang penting dilakukan.

Ajarkan dalam Percakapan Sehari-hari

Ajarkan anak secara bertahap dalam menerima bahasa baru. Misal dari kegiatan sehari-hari. Mengajarkan anak mengenal bahasa, bisa melalui gambar terlebih dahulu dan dilakukan dalam keseharian. Heryanti Satyadi M.Si, menuturkan, untuk mempelajari bahasa Inggris yang formal, seperti membaca dan menulis, dibutuhkan waktu khusus.

Namun, untuk bahasa percakapan sehari-hari dapat dipelajari setiap saat. “Mengajarkan percakapan sehari-hari dapat dilakukan setiap saat,” papar psikolog yang aktif di pembinaan gender “Wanita Bijak” Indonesia sebagai pembicara.

Heryanti menjelaskan, bahasa Inggris seperti pada keterampilan lainnya bersifat netral. Anak tidak mungkin merasa tidak suka berbahasa Inggris. Yang mungkin terjadi adalah anak mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan ketika ia harus belajar bahasa Inggris.

Misalnya, ia harus les bahasa Inggris di waktu yang berbarengan dengan film kesayangannya ditayangkan di TV, atau ia mendapat guru yang galak, atau pernah ditertawakan ketika ia mengucapkan perkataan dengan bahasa Inggris yang salah.

“Cara yang paling mudah mengajarkan anak berbahasa Inggris adalah dengan menggunakannya untuk berkomunikasi dengannya dalam situasi sehari-hari, mengajaknya bercakap-cakap, membacakan buku, menulis surat kepadanya, dan sebagainya,” ujar psikolog yang juga ibu dari 2 anak ini.

Salah seorang pakar psikologi pendidikan berkebangsaan Australia, Tony Earnshaw menuturkan, sistem pembelajaran bahasa Inggris yang diterapkan di I Can Read tidak menggunakan sistem menghafal, tetapi melatih anak-anak menjadi lebih peka terhadap 44 bunyi yang sangat penting untuk membangun kemampuan dasar anak-anak dalam bahasa Inggris.

“Dengan begitu, maka sistem tersebut dapat membantu mereka untuk mengenali kata yang dimulai dengan bunyi yang sama walau hurufnya berbeda maupun sebaliknya. Misalnya saja seperti bunyi yang terdapat dalam kata five (faif) dan phone (fon) atau pada cat (ket) dan circle (s-irkl),” ucap Tony yang telah meraih gelar doktor dari University of New South Wales, Australia.

Tony menuturkan, adanya sistem ini membuat anak-anak mengenali kata yang dimulai dengan bunyi yang sama walau hurufnya berbeda. Pembelajaran yang dilakukan dibantu juga dengan “kartu pengkodean”. Dari sana, anak bisa mencari tahu bagaimana membaca sebuah kosakata yang baik dan benar tanpa bantuan orang tua.

“Hal ini bisa menumbuhkan rasa percaya diri pada anak,” ujar Tony. Ia memaparkan, sistem sederhana pengodean di I Can Read, pembelajarannya diibaratkan seperti anak yang sedang belajar mengendarai sepeda.

“Sampai kapan pun, anak tidak akan lupa karena pengodean tadi. Jadi titik awal seperti halnya belajar bersepeda. Walaupun sudah jarang bersepeda, dia akan memahami secara nalurinya,” ucap Tony yang pernah bekerja sebagai Psikolog Pendidikan Senior di Departemen Pendidikan di Singapura.

Dikatakan Tony, kemampuan membaca dan berbahasa Inggris bukan suatu kemampuan alami yang didapat seorang anak sejak mereka lahir, melainkan merupakan suatu kemampuan yang harus diperoleh anak tersebut dengan cara belajar dengan suatu sistem yang tepat sehingga ia tidak akan pernah lupa bagaimana cara membacanya.

Sumber:adhymantovani.wordpress.com

Read more...

Tips Keluarga Lindungi Anak dari Bahaya Internet

Seiring dengan kemajuan teknologi, penggunaan Internet semakin luas di kalangan masyarakat. Banyak keluarga telah menggunakan jasa langganan Internet, sehingga di dalam rumah, anggota keluarga dapat mengakses Internet dengan mudah. Begitu juga dengan kehadiran telepon seluler yang memungkinkan seseorang dapat mengakses Internet kapan saja dan dari mana saja. Internet dapat memberikan manfaat positif, tetapi juga dapat berdampak negatif. Seorang anak yang menggunakan Internet sering kali menjadi sasaran empuk dari orang-orang yang berniat jahat maupun pornografi. Apa yang dapat dilakukan orang-tua untuk melindungi anak mereka?

Bila digunakan dengan baik, teknologi Internet tentu berdampak positif. Seseorang dapat dengan mudah mencari informasi yang ingin diketahui. Dengan hanya mengetikkan kata pada mesin pencari (search engine), ada banyak situs web yang dirujuk tentang informasi tersebut. Adanya e-mail memungkinkan seseorang dapat mengirim sebuah surat untuk orang lain dengan cepat dan mudah. Ruang obrol (chatting room) memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang saling berjauhan sekaligus. Atau yang sedang marak, hadirnya situs jaringan sosial seperti Facebook atau Friendster yang memungkinkan seseorang untuk menemukan teman lama yang sudah lama tidak dijumpai.

Namun, hal positif dari Internet ternyata dapat berakibat buruk bila digunakan secara tidak bertanggung jawab. Banyak anak yang ketagihan atau kecanduan Internet sehingga mereka betah berlama-lama di depan komputer sehingga lupa akan kewajiban mereka yang lebih penting untuk makan, mandi bahkan enggan untuk belajar. Salah satu penyebab seorang anak begitu menyukai Internet karena mereka mendapatkan suatu pengalaman baru dan mereka bisa mendapatkan kenyamanan. Atau mereka mendapat sesuatu dari dunia maya ini yang tidak bisa didapatkan di dunia nyata. Di dunia maya dia bisa menjadi orang lain yang diinginkan. Misalnya, seorang anak yang pemalu dapat dengan mudah berkenalan melalui chating atau e-mail. Dalam game online, mereka dapat membuat karakter mereka menjadi karakter yang cantik, kaya, atau hal lain yang mungkin berbeda dengan kehidupan nyata mereka.
Bahaya Pornografi Internet

Yang lebih memprihatinkan adalah bila seorang anak ketagihan pornografi di Internet. Dalam seminggu ada lebih dari 4000 situs porno dibuat! Benar-benar angka yang memprihatinkan. Ini tidak hanya melanda anak-anak, kerena banyak orang dewasa yang juga ketagihan pornografi di Internet karena dengan mudah dan tanpa malu, seseorang dapat mengakses dan melihat gambar-gambar porno bahkan melalui telepon genggam.

Awalnya, mungkin seorang anak tidak berniat untuk melihat pornografi dan akan memanfaatkan Internet untuk tujuan yang baik. Tetapi, situs porno ini dapat muncul secara tiba-tiba saat seorang anak mencari bahan informasi untuk tugas sekolahnya atau untuk keperluan lainnya. Seorang anak yang masih lugu belum dapat menilai baik atau buruknya suatu hal, maka seorang anak usia 8-12 tahun sering menjadi sasaran.

Pada usia ini, otak depan seorang anak belum berkembang dengan baik. Sedangkan otak depan adalah pusat untuk melakukan penilaian, perencanaan dan menjadi eksekutif yang akan memerintahkan tubuh untuk melakukan sesuatu. Pada otak belakang merupakan pendukung dari otak depan. Di sini juga dihasilkan dopamin, yaitu hormon yang menghasilkan perasaan nyaman, rileks atau fly pada seseorang.

Seorang anak yang kecanduan akan sulit menghentikan kebiasaannya sehingga dia akan melakukan hal tersebut berulang kali. Anak dapat merasa bersalah tetapi tidak berani mengutarakan perasaannya kepada orang-tuanya karena takut atau kesibukan ayah dan ibunya. Dalam keadaan cemas, otak berputar 2,5 kali lebih cepat dari putaran biasa pada saat normal. Akibat perputaran yang terlalu cepat ini, otak seorang anak dapat menciut secara fisik sehingga otak tidak berkembang dengan baik. Suatu keadaan yang dapat merusak masa depan seorang anak. Selain itu, gambar-gambar cabul yang ada di situs web porno, biasanya akan melekat dan sulit untuk dihilangkan dalam pikiran anak dalam jangka waktu yang cukup lama.
Bahaya Pemangsa Seksual

Internet juga sering dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk mengelabui anak-anak. Ada sebanyak 750.000 pemangsa atau predator seksual setiap hari yang memanfaatkan ruang rumpi (chatting room) untuk berkenalan, kemudian mengajaknya untuk melakukan hubungan seks. Bila tidak berhati-hati, pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dapat mencuri identitas pribadi yang dapat digunakan untuk melakukan kejahatan.
Ciri Kecanduan Internet

Ciri-ciri seorang anak yang sudah kecanduan Internet umumnya adalah akan marah bila Anda membatasi untuk menggunakan Internet. Dia juga cenderung enggan berkomunikasi dengan orang lain dan bersifat tertutup atau hanya mau berteman dengan orang tertentu saja.
Cara Menghindari Bahaya Internet

Berbagai bahaya di Internet dan masalah kecanduan Internet bukan tidak dapat diatasi. Dengan mengetahui dampak negatif dari Internet, sebagai orang-tua Anda dapat melindungi buah hati Anda dengan melakukan hal-hal berikut:

* Orang tua perlu memiliki pengetahuan tentang Internet

Jangan mengganggap diri terlau tua atau terlalu bodoh untuk mempelajari Internet. Istilah lainnya, jangan gaptek (gagap teknologi). Seorang anak dapat saja dengan sengaja membiarkan atau membuat orang tua tidak memahami teknologi sehingga orang-tua berpikir tidak ada dampak negatif dari Internet.

* Letakkan komputer di tempat yang mudah dilihat

Kadang orang-tua merasa bangga dengan dapat meletakkan dalam kamar anak mereka sebuah komputer yang terhubung Internet. Hal ini sebenarnya akan membahayakan anak Anda karena mereka dapat leluasa mengakses situs-situs yang tidak baik tanpa diketahui orang-tua. Sebaliknya, dengan meletakkan di tempat terbuka, misalnya di ruang keluarga, Anda dapat memantau situs apa saja yang dibuka anak.

* Bantu agar anak dapat membuat keputusan sendiri

Karena Anda tidak dapat mengawasi anak Anda 24 jam, biasakan anak Anda untuk mengambil keputusan mulai dari hal-hal yang kecil. Misalnya, memutuskan untuk menggunakan pakaian yang mana atau tanyakan pendapat dan sudut pandang anak. Sehingga saat Anda tidak ada atau saat muncul situs porno mereka dapat mengambil tindakan yang tepat. Tanamkan pula rasa takut akan Tuhan, sehingga walau Anda tidak ada, tetapi dia tahu bahwa Tuhan memperhatikan dan melihat apa yang dilakukannya.

* Batasi penggunaan Internet

Jangan biarkan anak anak terlalu asyik di dunia maya. Tetapkan berapa lama Internet boleh digunakan dan situs apa saja yang boleh diakses. Jelaskan juga mengapa Anda melakukan hal ini dan bantu anak untuk memahami keputusan ini.

* Jaga komunikasi yang baik dengan anak

Luangkan waktu untuk bercanda dengan anak dan berkomunikasi dengan terbuka. Komunikasi yang baik dan keakraban dengan anak akan memudahkan Anda untuk menanamkan nilai-nilai moral. Anda dapat menjelaskan kepada anak Anda apa saja bahaya dari penggunaan Internet agar mereka tidak mudah terkecoh.

Semua orang-tua tentu menyayangi anak mereka dan berusaha memberikan yang terbaik. Tetapi pengaruh dari luar, salah satunya bahaya Internet dapat merusak kecerdasan dan nilai moral anak sehingga Anda perlu melindungi anak Anda dari bahaya penggunaan Internet seperti pornografi dan para pemangsa atau predator seksual.

——————————

http://kumpulan.info/

Read more...

Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam melaksanakan Pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Berorientasi pada Perkembangan Anak
Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial.
2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.

3. Bermain sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan cara belajar anak usia dini. Melalui bermain anak bereksplorasi untuk mengenal lingkungan sekitar, menemukan, memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, dan kesimpulan mengenai benda di sekitarnya. Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitn dengan pengalamannya.

4. Lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan bermain anak.

5. Berpusat pada anak
Pembelajaran di PAUD hendaknya menempatkan anak sebagai subyek pendidikan. Oleh karena itu, semua kegiatan pembelajran diarahkan atau berpusat pada anak. Dalam pembelajaran berpusat pada anak, anak diberi kesempatan untuk menentukan pilihan, mengemukakan pendapat dan aktif melakukan atau mengalami sesndiri. Pendidik bertindak sebagai pembimbing atau fasilitator.

6. Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada pendidikan anak usia dini menggunakan pembelajaran terpadu. Dimana setiap kegiatan pembelajaran mencakup pengembangan seluruh aspek perkembangan anak. Hal ini dilakukan karena antara satu aspek perkembangan dengan aspek perkembangan lainnya saling terkait. Pembelajaran terpadu dilakukan dengan menggunakan tema sebagai wahana untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak secara utuh.

7. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Proses pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan berbagai kecakapan hidup agar anak dapat menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggung jawab, memiliki disiplin diri serta memperoleh keterampilan yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.

8. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran memanfaatkan lingkungan sekitar , nara sumber dan bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.

9. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang–ulang
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Untuk mencapai pemahaman konsep yang optimal maka penyampaiannya dapat dilakukan secara berulang

10. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.
11. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini dapat memanfaatkan teknologi untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan anak memenuhi rasa ingin tahunya.

Read more...

Tips Keluarga anak sudah besar tapi ngedot

Segera stop jika si kecil masih ngedot. Kuncinya, kita mesti tega!

Banyak, lo, anak usia 3-5 tahun yang masih menyusu dari botol. Ada yang terang-terangan dalam arti tak malu melakukannya di mana pun ia berada, baik di depan orang tua maupun orang lain atau teman-teman sebayanya. Namun ada juga yang melakukannya secara sembunyi-sembunyi; ia hanya “berani” menyusu dari botol kalau di rumah dan cuma di depan orang tua serta pengasuhnya, tapi di “sekolah” atau di lingkungan lain, kalau mau menyusu harus ngumpet dulu.

Kebiasaan menyusu dari botol yang berlangsung hingga usia prasekolah, menurut Mien Sumartono, merupakan indikasi dari kurangnya rasa aman dan nyaman pada anak. “Umumnya, anak dekat dengan botol karena sejak semula pemberian susu tak lewat ASI. Tentunya saat ia masih kecil, tiap kali menyusu dari botol, ibunya akan selalu berada di dekatnya. Entah sambil mengusap-ngusap kepalanya atau sambil mengelus-ngelus punggungnya. Nah, rasa itulah yang tak bisa lepas dari anak.” Jadi, rasa itu merupakan suatu hal yang sangat berarti yang tak dapat digantikan dengan hal lainnya.

Nah, karena rasa aman dan nyaman itulah, sekalipun malu pada teman-temannya, ia tetap melakukannya. Soalnya, faktor kebutuhan itu tak bisa dibendung. “Ingat, ketergantungan si anak tersebut sudah lama berjalan hingga kini ia berusia prasekolah. Jadi, perbuatannya itu telah menjadi rutinitas yang sulit dihilangkan. Anak akan merasa tak enak atau ada sesuatu yang hilang jika kebiasaannya itu tak ia kerjakan. Dengan demikian, yang tadinya suatu ketergantungan kini berubah menjadi kebutuhan,” tutur psikolog pada DIA-YKAI, Jakarta ini.

KURANG PERHATIAN

Tentu saja, sikap orang tua yang cenderung membiarkan anaknya menyusu dari botol akan makin memperkuat kebiasaan itu. “Bisa jadi, kan, sebenarnya orang tua tak pernah menyapih anak dari botol hingga anak pun lama-lama jadi ketergantungan dengan botolnya,” lanjut Mien. Selain, kebiasaan orang tua yang selalu memberikan susu pakai botol. “Pokoknya, sedikit-sedikit anak diberi botol supaya cepat diam dari tangisnya.”

Ibu-ibu yang kelewat sibuk bekerja atau malas bercapai-capai hingga segala asupan cairan buat anaknya dilakukan lewat botol, juga ikut mendukung terbentuknya kebiasaan tersebut. “Terlebih bila si anak bangun tengah malam, orang tua yang pemalas pasti akan memberikan botol kepada anak daripada memberikan gelas. Bukankah jika dengan gelas, berarti si ibu harus rela menunggui dan membantu anaknya minum?”

Tak tertutup kemungkinan karena orang tua kurang perhatian pada anak. “Orang tua baru sadar kalau anaknya masih menyusu dari botol setelah kebiasaan ini berlangsung hingga si anak besar.” Jika ini yang terjadi, “kebangeten, deh, si orang tua! Masa kebiasaan anak sendiri yang setiap hari ketemu tak tahu-menahu? Jika hal kecil itu saja sudah tak terperhatikan, apalagi hal-hal yang lain seperti tumbuh kembang anak.”

Hati-hati, lo, Bu-Pak, anak yang tak terperhatikan bisa merasa sakit hati. “Kok, Bunda enggak pernah memperhatikan aku, sih? Tiap hari sibuk kerja melulu,” misal. Akibatnya, anak sengaja melakukan perbuatan menyusu dari botol dengan harapan ibunya akan menegur. “Biasanya, si ibu pun melihat kebiasaan anaknya ini, mau tak mau akan menegur. Dengan demikian, sukseslah rencana anak dalam mencari perhatian kedua orang tuanya.”

Namun bila selama ini si kecil sudah lepas dari botolnya tapi tiba-tiba ia kembali menyusu dari botol, “bisa jadi gara-gara ia punya adik baru.” Bukankah dengan kehadiran adik, biasanya perhatian ayah-ibu akan beralih pada si adik? Akibatnya, ia merasa takut tak disayang dan diperhatikan lagi oleh orang tuanya. Nah, dengan kembali menyusu dari botol, ia ingin menunjukkan bahwa ia pun harus diperhatikan seperti dulu sebelum punya adik, atau ia ingin ibu-ayahnya juga memperhatikan dirinya, bukan cuma adiknya.

Menurut Mien, salah besar jika ibu tak lagi memperhatikan si sulung setelah adiknya lahir. “Jangan dikira karena si prasekolah sudah bisa mandiri, maka ia tak perlu lagi diperhatikan, lo.” Walau bagaimanapun, tegasnya, seorang ibu harus tetap membagi perhatian dan kasih sayangnya secara seimbang antara si adik dan si kakak.

TAK BOLEH DIBIARKAN

Kebiasaan ini tentulah tak boleh dibiarkan berkelanjutan, karena tak sesuai lagi dengan perkembangan anak yang harusnya sudah tak menyusu dari botol. Apalagi, bilang Mien, kebiasaan ini hanya menunjukkan ada ketergantungan terhadap botol dan ibu, hingga si anak nantinya akan selalu tergantung pada orang tua.

Dampaknya, “bisa saja kebiasaan ini menjadikan dirinya sebagai anak mami yang manja dan bila punya masalah langsung lari pada botolnya. Ia jadi tak terbuka, mengalami tantangan sedikit saja, larinya selalu ke botol.” Jadi, ia tak berusaha mandiri. Padahal, anak usia prasekolah harusnya sudah mampu mandiri.

Selain itu, anak usia prasekolah harusnya juga mulai bisa bergaul dengan lingkungan luar. “Nah, jika anak masih saja ketergantungan pada botol dan ibunya, bagaimana ia akan bersosialisasi dengan lingkungan luar rumah?”

Dampak lain, ia bisa menjadi minder atau rendah diri, lo. Soalnya, bila kebiasaannya itu sampai terlihat teman-temannya, ia pasti akan jadi bahan cemoohan atau ejekan.

BERI PENGERTIAN

Itulah mengapa, para ahli menganjurkan agar sedini mungkin anak disapih dari botol. Selain akhirnya anak jadi ketergantungan, untuk menghentikannya pun akan susah jika sudah ketergantungan. Namun tetap harus diupayakan untuk menyapih si kecil dari botolnya, ya, Bu-Pak. Ingat dampaknya, lo!

Saran Mien, sapihlah secara bertahap. Misal, bila dalam sehari si kecil minum susu 3 kali, maka yang satu kalinya atau yang pagi harinya, susu diberikan dalam gelas. Makin lama, minum susu dalam botol dikurangi hingga tinggal sekali sementara yang dua kali pakai gelas, sampai akhirnya si kecil terbiasa minum pakai gelas dan melupakan botolnya.

“Boleh juga awalnya pakai sedotan dulu ataupun gelas yang ada corongnya. Selanjutnya, secara perlahan si anak digiring supaya mau benar-benar minum pakai gelas.” Bisa juga kita buat perjanjian lebih dulu. Misal, “Kalau pagi, Kakak boleh minum susu dari botol, tapi siang dan malam harus pakai gelas, ya.” Jika si kecil tak mau, “beri dorongan atau bujukan agar ia mau minum dari gelas.”

Namun si kecil juga harus diberi pengertian, lo. Misal, “Kakak, kan, sekarang sudah besar. Kakak sudah bisa memegang gelas dan minum pakai gelas. Sebentar lagi Kakak juga mau masuk ’sekolah’, masa tak malu masih minum susu dari botol. Coba, deh, lihat teman-teman Kakak di ’sekolah’ pasti tak ada yang minum susu dari botol. Lagian, gigi Kakak juga bisa cepat rusak, lo, kalau terus-menerus menyusu dari botol.” Pokoknya, tegas Mien, kita harus rajin memberikan pengertian kepada si kecil. Tentu bahasa yang digunakan harus sederhana dan mudah dicerna anak seusianya.

Dengan memberi pengertian secara kontinyu, Mien yakin, akhirnya si kecil pasti mau mengubah kebiasaannya itu. Namun ingat, lo, jangan sekali-sekali menyetopnya sekaligus. “Cara ini takkan efektif, malah membuat anak melakukan pemogokan.”

BERI HADIAH

Tentunya, keberhasilan kita menghentikan kebiasaan si kecil menyusu dari botol, juga ditentukan dari tega-tidaknya kita melakukan tindak penyapihan ini. Apalagi pertama-tama disapih, si kecil pasti rewel dan mengamuk atau malah menjalankan aksi diam.

Jadi, perlu ketegasan dan kedisiplinan dari kita. “Sekalipun ia menangis atau mengamuk, kita harus tetap menegakkan aturan tersebut: mana yang boleh dan tak boleh dilakukan anak,” bilang Mien. Soalnya, bila kita tak tegas dan konsisten, si kecil malah akan kembali pada kebiasaannya itu.

Nah, untuk memotivasi si kecil agar mau menghilangkan kebiasaannya itu, kita bisa lakukan dengan memberinya hadiah. Tentu kita harus konsekuen: bila kita sudah menjanjikan ia akan dapat hadiah, maka kita harus menepatinya. Kalau tidak, si kecil akan merasa dipermainkan dan ditipu, “Ah, percuma saja aku minum pakai gelas. Habis, Bunda kemarin berbohong, tak memberikan hadiah.”

Namun hadiah yang diberikan sebaiknya jangan yang bisa dijadikan senjata oleh anak. Jadi, jangan sampai anak mau melakukannya karena mengharapkan imbalan. “Paling baik, hadiahnya berupa ucapan dan rasa kasih sayang.” Hadiah berupa pujian, apalagi diucapkan dengan penuh kasih sayang, akan lebih mengena di hati anak. Dengan begitu, anak akan merasa dihargai hingga membangkitkan self confidence-nya.

TAK USAH MARAH

Sebaliknya, pesan Mien, jangan sekali-kali menghukum anak dengan cara memarahinya, sekalipun kita harus bersikap tegas padanya. Selain cara ini tak membuahkan hasil, nantinya malah membuat anak makin menjadi-jadi dan sakit hati. Anak, toh, tak mengerti kenapa ia dimarahi, “Kata Bunda, minum susu itu sangat baik dan bisa membuat aku jadi pintar. Kok, sekarang aku malah dimarahi.” Karena sakit hati, anak jadi bertambah kuat keinginannya untuk minum susu dari botol, “Biarin, aku maunya pakai botol.” Bukankah di usia ini anak juga sudah dapat menunjukkan ego atau keakuannya? “Aku, kan, sudah besar. Kenapa harus dimarahi dan disuruh-suruh. Aku maunya pakai botol, kok!”

Lagi pula, kemarahan kita hanya membuat si kecil merasa tak nyaman, hingga ia pun makin menjadi-jadi melakukan perbuatannya itu. Ingat, minum susu dari botol membuatnya aman dan nyaman! Bahkan dalam beberapa kasus, anak seusia ini malah senang jika melihat orang tuanya marah atau jengkel. Hingga, ia pun melakukannya lagi supaya orang tuanya marah. “Jadi, ia malah melakukan sesuatu yang justru kita enggak suka.” Apalagi dengan kita marah, bukankah berarti ia telah berhasil menarik perhatian kita?

Mungkin kuncinya cuma tega, sabar, konsisten, dan memberi reward, ya, Bu-Pak.

Gazali Solahuddin. Foto : Rohedi (nakita)


Sumber:

Read more...

Tips Keluarga anak kurus vs anak sehat

Kurus memang tak selalu berarti tak sehat, kok. Hanya saja, kita harus tahu penyebab mengapa ia tampak kurus. Orang tua mana, sih, yang bisa anteng-anteng saja kalau anaknya tampak kurus. Bisa dipastikan berbagai upaya dilakukan orang tua agar si anak bisa gemuk. Sebab, dianggapnya anak gemuk, kan, pertanda sehat. Memang, diakui Aryono Hendarto, MD, dokter spesialis anak dari Subbagian Gizi dan Metabolik Bagian Ilmu Kesehatan Anak, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, sering terdapat kekeliruan persepsi dari para orang tua. “Anak sehat yang ideal itu identik dengan badan yang gemuk.” Padahal, tentu saja tidak. “Karena sesuatu yang berlebihan atau kekurangan pasti tak baik. Normalnya, berat badan yang sesuai usia dan tinggi badannya.”

ISTILAH ANAK KURUS Secara fisik, menurut Aryono, anak dikatakan kurus tak hanya berdasarkan berat badan saja tapi juga tinggi badan. Ada dua hal penting yang menyebabkan anak disebut kurus; 1)Kurus karena berat badannya kurang menurut umur, sementara tinggi badannya sesuai umur atau kurang menurut umur. 2)Kurus karena tinggi badannya yang lebih menurut umur sementara beratnya cukup menurut umur. Nah, kriteria sehat menurut WHO mencakup sehat fisik dan jiwa. “Anak kurus yang kedua bisa dikatakan sehat, kalau kriteria sehatnya itu jarang sakit. Sedangkan anak kurus yang pertama dikatakan tak sehat karena berat badannya dan bahkan tingginya pun kurang atau tak sesuai menurut umur,” papar Aryono, yang juga berpraktek di RSIA Hermina Jatinegara.

Pada prinsipnya, lanjut Aryono, kendati kurus, berat badan anak harus naik setiap bulannya sesuai dengan umur. “Nah, yang jadi masalah kalau anak kurus beratnya tak naik-naik. Ini harus dicari penyebabnya. Bisa karena asupan nutrisinya kurang, aktivitas anak yang berlebih meski asupannya cukup dan bisa juga karena ada penyakit yang melatarinya sehingga asupan makanannya kurang.” PARAMETER KURUS TIDAKNYA Berat badan merupakan salah satu parameter pertumbuhan seorang anak, di samping faktor tinggi badan. Karena itu terdapat istilah tumbuh kembang pada anak. Tumbuh berarti bertambah besar sel-selnya dan kembang berarti bertambah matang fungsi sel-selnya. “Nah, bila anak kurus beratnya tak sesuai dengan berat badan ideal menurut umur, maka dikatakan pertumbuhannya kurang baik,” terang Aryono. Yang jelas, berat badan ideal seorang anak memiliki range. Standarnya bagi anak laki-laki dan perempuan juga berbeda. Biasanya anak perempuan mempunyai berat badan lebih rendah dibandingkan anak laki-laki. Untuk ukuran berat badan ini umumnya di Indonesia menggunakan parameter yang diadaptasi dari Amerika yaitu NCHS (National Centre for Health Statistic).

Ada juga yang menggunakan hitungan Departemen Kesehatan untuk konsumsi nasional, yaitu KMS (Kartu Menuju Sehat). Nah, pada parameter ini bisa dilihat berat badan ideal seorang anak menurut umurnya dan juga jenis kelaminnya. “Bila berat badan anak lewat dari standar 100 persen maka dikatakan overweight dan di atas 120 persen disebut obesitas, sedangkan kalau beratnya di bawah 80 persen berat badan ideal dikatakan kurang gizi dan manifestasinya anak tersebut tampak kurus,” jelas Aryono. Namun, Aryono mengingatkan, bahwa berat badan harus dikaitkan dengan umur dan tinggi badan. Misal, anak perempuan 12 bulan dengan berat badan 7,2 kg dan tinggi badan 72 cm. Sedangkan berat badan rata-rata anak perempuan umur 12 bulan sekitar 9,6 kg. Jadi berat badan anak tersebut 75 persen dari berat badan rata-rata seusianya. Ini berarti anak tersebut termasuk gizi kurang. Tapi, kalau dilihat dari tinggi badannya maka ; 72 cm (tinggi badan anak) : 74 cm (tinggi badan seharusnya) x 100 persen, maka tinggi badannya adalah 98 persen dari tinggi badan ideal. Ini berarti bila dilihat dari tingginya yang baik maka anak tersebut termasuk gizi baik. “Interpretasinya adalah anak tersebut mengalami kekurangan gizi akut, karena berat badan kurang untuk berat badan rata-rata seusianya, tetapi tinggi badannya masih bagus. Tapi andaikata tinggi badannya sudah ikut terhambat maka dikatakan gizi kronik yang biasanya mencerminkan gizi buruk, artinya kekurangan gizi sudah berlangsung dalam waktu lama,” terang Aryono.

FAKTOR NUTRISI Bila yang terjadi adalah anak kurus dengan berat badan yang tak naik-naik, tentu saja bisa dikatakan sehat dan bisa juga tidak. Karena itu harus dicari penyebabnya; karena faktor nutrisi atau non nutrisi. Faktor nutrisi, misal, sang ibu merasa sudah cukup memberi asupan makanan yang bergizi. Kuantitas dan kualitasnya baik sesuai dengan menu gizi seimbang yang mengandung; karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Setelah dianalisis asupan dietnya ternyata yang diberikan kuantitasnya masih kurang dari kebutuhan. Padahal setiap bulan seorang anak beratnya harus selalu ada kenaikan. Secara kasar dapat dipakai patokan sebagai berikut; anak umur setahun beratnya tiga kali berat badan lahir. Umur 2 tahun kira-kira 4 kali berat badan lahir. Jadi, kalau bayi lahir dengan berat badan 3 kg maka pada usia 1 tahun beratnya 9 kg dan pada usia 2 tahun jadi 12 kg. Lebih spesifik lagi, bayi 3 bulan pertama kenaikan beratnya antara 600 gr-1000 gr. Jadi per minggunya naik 150-250 gr. Kemudian 3 bulan kedua naik sekitar 600-700 gram per bulan. Tiga bulan ketiga sekitar 400-500 gr. Tiga bulan keempat 300-400 gram. Di atas satu tahun, 1-3 tahun kira-kira kenaikannya sekitar 250 gram atau seperempat kilogram per bulan. Nah, kalau ternyata setiap bulan berat badannya tak naik atau naik tapi tak memuaskan maka harus dievaluasi kembali masukan nutrisinya dengan memperhitungkan pula aktivitas fisiknya. Apakah sudah cukup untuk mengantisipasi kelebihan aktivitasnya. “Namun dengan catatan anaknya sehat atau tak ada penyakit. Karena kalau aktivitasnya berlebih sementara masukan kalorinya cukup atau pas-pasan, maka kalorinya tak cukup disimpan untuk menaikkan berat badannya.” Memang ada periode-periode tertentu di mana anak sedang aktif, seperti usia satu tahun, anak mau bisa jalan. Pada anak-anak ini harus diberi tambahan kalori. Jadi kalau anak kurus tapi aktif dan tak ada penyakit yang mendasarinya maka asupan makanannya itu yang harus dianalisis. Untuk anak sehat yang kurus dalam hal makan pun tak ada yang khusus. Makanannya tetap dengan gizi seimbang sesuai dengan kelompok umurnya hanya jumlah kalorinya disesuaikan dengan kebutuhan menurut umur. Kecuali untuk anak sakit. Misalnya, anak sakit panas maka diberi yang lunak. Kalau diare diberi yang mudah diserap/dicerna. FAKTOR PENYAKIT Sementara itu ada juga anak kurus yang tak sehat. Menurut Aryono, biasanya karena terdapat penyakit yang mendasarinya. Akibatnya anak tak mau makan/anoreksia. Di Indonesia beberapa penyakit yang dapat menyebabkan anak kurus akibat tak mau makan antara lain adalah infeksi seperti infeksi paru-paru (TBC), infeksi saluran kemih, infeksi parasit dan lain-lain. “Selama penyakitnya tak disembuhkan maka tetap akan kurus, sebab asupan makannya kurang karena anak tak nafsu makan. Dengan begitu berat badannya pun tak naik-naik.” Biasanya anak kurus yang tak sehat karena ada penyakit yang melatarinya akan tampak seperti pucat, lesu, demam, tak nafsu makan dan berat badan pun tak mau naik-naik. Tapi bila penyakitnya disembuhkan, otomatis nafsu makan anak pun jadi membaik.

Dengan demikian berat badan pun akan bertambah. BUKAN TURUNAN Yang jelas, anak kurus bukan faktor turunan, lo. Berbeda dengan anak gemuk; menurut hasil penelitian, kalau kedua orang tuanya gemuk maka 70 persen anaknya berisiko gemuk. Bila hanya salah satu orang tua yang gemuk maka 40 persen anak berisiko gemuk. Sedangkan bila kedua orang tuanya tak gemuk maka anak berisiko 7-10 persen gemuk. Hal itu tak berlaku pada anak kurus. Kecuali masalah tinggi badan yang dipengaruhi kedua orang tuanya. Tinggi badan ini bisa membuat penampilan anak tersebut tampak kurus atau tidak. Bila kedua orang tuanya tinggi dan anaknya pun tinggi sehingga tampak kurus. Tapi, bisa juga, lo, kedua orang tuanya tinggi tapi anaknya pendek. Nah, kalau kemudian anaknya sering sakit, ya, jadi tampak kurus.” Begitupun dengan berat badan lahir. Bukan berarti bila berat lahirnya rendah lalu akan membuat kelak anak jadi kurus. Berat badan lahir normal biasanya sekitar 2,5 ­ 4 kg. Kecepatan tumbuh kembangnya sama sesuai kurva tumbuh kembang. Sedangkan, pada berat badan lahir rendah dibedakan dalam dua hal, yaitu karena umur kehamilannya kurang/prematur dan karena umur kehamilan cukup, semisal 39 minggu tapi berat badan janin rendah, misal 2 kg, maka dikatakan dismatur atau mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dalam rahim. Nah, bayi yang dismatur biasanya perkembangan berat badannya akan mengejar ketinggalannya. Karena sebetulnya dia normal tapi mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim. Justru setelah lahir bayi-bayi dismatur ini rakus dan bisa mencapai berat badan seperti berat badan bayi normal. Sedangkan yang lahir prematur, dengan berat badan lahir sangat rendah, misal 1 ­ 1,5 kg tentu memakai kurva perkembangan yang berbeda. Bisa jadi kenaikan berat badan selanjutnya pun mungkin tak seperti berat badan anak normal. Nah, Bu-Pak, setelah kita tahu rumusan berat badan anak jangan lagi membandingkan-bandingkan berat badan anak dengan anak tetangga, ya. Dedeh Kurniasih . Foto : Iman (nakita)

KIAT MENGGEMUKKAN BADAN ANAK Untuk membuat anak kurus menjadi gemuk, sangat tergantung penyebabnya. Bila lantaran penyakit, ya, harus disembuhkan dulu penyakitnya. Umumnya setelah sembuh dari penyakit, nafsu makannya akan membaik sehingga ia tak sulit makan. “Setelah itu berilah nutrisi yang baik agar berat badannya bertambah,” terang Aryono. Bila anak kurus bukan lantaran penyakit, maka untuk membuatnya menjadi gemuk dilakukan dengan menganalisis diet makannya. Tentu dengan menu gizi seimbang. Apakah asupan makannya sehari-hari sudah memenuhi kebutuhan sesuai umur dan aktivitasnya. “Jika anaknya termasuk aktif, dengan sendirinya maka asupan makanannya harus lebih banyak secara kuantitas.” Nah, bila berat badannya tak kunjung naik berarti asupannya tak memenuhi kebutuhannya. Sebetulnya untuk mencapai berat badan ideal sesuai umur sangat ditentukan oleh kuantitas dan kualitas makanan. Disamping itu pola makan, jadwal pemberian makan dan cara pemberiannya pun berpengaruh. Dalam hal pola makan, misalnya, bayi 0-4 bulan diberikan ASI eksklusif, usia 4-6 bulan makanan lumat seperti biskuit, bubur susu, usia 6 bulan nasi tim saring, usia 9 bulan nasi lembek/makanan padat. “Di atas 1 tahun sudah seperti makanan orang dewasa tapi masih lembek dan tak merangsang seperti banyak lada atau cabe.” Dalam hal jadwal makan harus diperhatikan waktunya. Ingat, Bu, perut anak kosong setiap 3-4 jam. Karena itu biasanya pemberian makan sekitar 7 kali sehari yang terdiri 3 kali makanan padat dan selebihnya susu untuk anak usia 1 tahun ke atas. “Jadi jangan mentang-mentang mau anak gemuk lalu dipaksa makan setiap jam, padahal belum waktunya makan. Itu, kan, malah jadi tak sesuai dengan fisiologis atau keadaan fungsi normal pencernaannya.” Cara pemberian juga penting dalam arti kata, anak tak boleh dipaksa . Misal, pada anak periode 6-9 bulan, periode kritis di mana anak belajar mengkoordinasi otot-otot menelan dan mengunyah. Sehingga bila diperkenalkan makanan padat, pada umur-umur sekian kadang dilepeh/dimuntahkan kembali. Nah, orang tua sering menginterpretasikan bahwa si anak tak mau makan atau tak senang makanannya. Padahal sebetulnya belum terampil. Karena orang tua cemas, buru-buru diberikan makanan yang cair-cair saja. Lama-lama jadi kebiasaan. “Kalau dilepeh, biarkan saja dan dicoba lagi.” Dedeh

PEMBERIAN VITAMIN Selain makronutrien, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, dalam tumbuh kembang anak dibutuhkan juga mikronutrien seperti vitamin dan mineral. “Bila anak kurus yang sehat sudah mendapatkan makanan yang memenuhi kaidah gizi seimbang tentu tak perlu diberikan vitamin lagi,” jelas Aryono. Sebab vitamin dibutuhkan oleh anak dengan pola makan yang tak memenuhi kaidah gizi seimbang, tak nafsu makan, yang sedang sakit atau yang baru sembuh dari suatu penyakit. Pemberian ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan vitaminnya dan juga anak jadi nafsu makan. “Tapi meski diberikan vitamin, anak kurus karena penyakit, selama penyakitnya itu tak diobati maka tetap saja nafsu makannya kurang baik.” Jadi, Bu-Pak, vitamin itu bukan perangsang nafsu makan atau penambah nafsu makan, tapi meningkatkan nafsu makan kalau anak itu kekurangan vitamin. Nah, konsumsi vitamin yang berlebih juga tak baik, lo. Semisal vitamin yang larut dalam lemak; vitamin A, D, dan E yang diolah dalam hati. Bila berlebihan akan membebani kerja hati. Kecuali vitamin yang larut dalam air seperti vitamin C. Jika kelebihan akan dikeluarkan dalam air seni. Karena itu, orang tua harus bijak dalam memberikan vitamin buat buah hatinya. Dedeh

Read more...

Obesitas Anak Penyebab dan Cara Mengatasinya

Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menyebabkan berbagai efek negatif untuk kesehatan. Anak-anak yang masih lugu tentu tidak memahami bahaya ini. Maka, merupakan tanggung jawab orang-tua menjaga agar anak mereka tetap sehat. Orang-tua harus mengetahui apa penyebab obesitas dan bagaimana cara mencegah atau mengatasi masalah obesitas anak.
Akibat Obesitas

Penyakit yang dapat ditimbulkan akibat obesitas adalah diabetes, darah tinggi, atau penyakit jantung. Penyakit-penyakit yang dulu dianggap sebagai penyakit usia lanjut dan dewasa, kini dapat dialami pada anak akibat timbunan lemak, kolesterol dan gula yang terdapat dalam tubuh. Gangguan pernapasan atau asma berisiko lebih besar dialami anak yang mengalami obesitas.

Selain itu, anak-anak dengan kelebihan berat badan atau kegemukan juga dapat mengalami kesulitan bergerak dan terganggu pertumbuhannya karena timbunan lemak yang berlebihan pada organ-organ tubuh yang seharusnya berkembang. Belum lagi efek psikologis yang dialami anak, misalnya ejekan dari teman-teman sekelas pada anak-anak yang telah bersekolah.
Penyebab Obesitas

Beberapa penyebab obesitas pada anak adalah:

*
Faktor genetik

Merupakan faktor keturunan dari orang-tua yang sulit dihindari. Bila ayah atau ibu memiliki kelebihan berat badan, hal ini dapat diturunkan pada anak.
*
Makanan cepat saji dan makanan ringan dalam kemasan

Maraknya restoran cepat saji merupakan salah satu faktor penyebab. Anak-anak sebagian besar menyukai makanan cepat saji atau fast food bahkan banyak anak yang akan makan dengan lahap dan menambah porsi bila makan makanan cepat saji. Padahal makanan seperti ini umumnya mengandung lemak dan gula yang tinggi yang menyebabkan obesitas. Orang-tua yang sibuk sering menggunakan makanan cepat saji yang praktis dihidangkan untuk diberikan pada anak mereka, walaupun kandungan gizinya buruk untuk anak. Makanan cepat saji meski rasanya nikmat namun tidak memiliki kandungan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Itu sebabnya makanan cepat saji sering disebut dengan istilah junk food atau makanan sampah. Selain itu, kesukaan anak-anak pada makanan ringan dalam kemasan atau makanan manis menjadi hal yang patut diperhatikan.
*
Minuman ringan

Sama seperti makanan cepat saji, minuman ringan (soft drink) terbukti memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah bila mengkonsumsi minuman ini. Rasa yang nikmat dan menyegarkan menjadikan anak-anak sangat menggemari minuman ini.
*
Kurangnya aktivitas fisik

Masa anak-anak identik dengan masa bermain. Dulu, permainan anak umumnya adalah permainan fisik yang mengharuskan anak berlari, melompat atau gerakan lainnya. Tetapi, hal itu telah tergantikan dengan game elektronik, komputer, Internet, atau televisi yang cukup dilakukan dengan hanya duduk di depannya tanpa harus bergerak. Hal inilah yang menyebabkan anak kurang melakukan gerak badan sehingga menyebabkan kelebihan berat badan.

Solusi Obesitas

Untuk Anda yang memiliki anak dengan kelebihan berat badan atau obesitas, hendaknya tidak memaksakan diet ketat untuk anak karena hal ini dapat mengganggu pertumbuhan dan kesehatannya. Sebaliknya untuk mengatasi obesitas anak atau mencegah anak Anda agar tidak mengalami obesitas, langkah-langkah yang dapat Anda lakukan antara lain sebagai berikut.

*
Perhatikan makanan yang akan diberikan untuk anak

Kurangi mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food, makanan ringan dalam kemasan, minuman ringan, cemilan manis atau makanan dengan kandungan lemak tinggi. Sebaliknya, sajikan daging dan sayuran segar. Perbanyak konsumsi buah dan susu yang baik untuk pertumbuhan anak. Berikan porsi yang sesuai dan jangan terlalu berlebihan.
*
Berikan sarapan dan bekal untuk anak

Sarapan merupakan awal baik untuk anak saat memulai harinya. Ini diperlukan agar anak dapat kuat saat beraktivitas di sekolah dan mencegah makan berlebihan setelahnya. Dengan membawa makanan dari rumah, orang-tua dapat mengontrol gizi anak dan menghindari agar anak tidak perlu jajan di luar.
*
Perbaiki teknik mengolah makanan

Jangan terlalu banyak menggoreng makanan agar tidak terlalu banyak lemak yang dikonsumsi. Anda dapat mencoba untuk mengukus, merebus atau memanggang makanan agar makanan lebih sehat.
*
Tetapkan aturan makan

Biasakan agar anak Anda makan di meja makan bukan di depan televisi atau komputer. Banyak orang akan tidak menyadari berapa banyak makanan yang sudah disantapnya bila dia makan sambil menikmati tayangan televisi atau di depan komputer.
*
Batasi kegiatan menonton televisi, video game atau penggunaan komputer

Melakukan kegiatan tersebut akan membuat anak Anda malas bergerak, maka diperlukan aturan tegas tentang berapa lama kegiatan ini boleh dilakukan. Selanjutnya, Anda dapat membantu anak Anda agar menyenangi hiburan lain seperti bersepeda, bermain bola atau sekedar lompat tali.
*
Lakukan kegiatan yang memerlukan aktivitas fisik

Anda dan anak-anak dapat merencanakan untuk melakukan kegiatan olahraga bersama seperti jogging, lari pagi, berenang, badminton atau olahraga lainnya. Atau rencanakan liburan bersama di pantai, kebun binatang atau taman sehingga Anda dan anak dapat lebih banyak berjalan kaki.

Anak yang gemuk memang lucu dan menggemaskan. Namun jagalah putra dan putri kesayangan kita agar mereka bertumbuh dengan sehat dan juga memiliki pola hidup dan pola makan yang sehat. Orang-tua bertanggung jawab untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Ingatlah bahwa obesitas atau kegemukan bukanlah hal yang bagus bagi seorang anak.

—————————

KumpuLan.Info

Read more...

Film tontonan anak remaja harus diperiksa ortu

Wiih menyeramkan ! hayoo periksa dulu sebelum nonton !

Sekarang banyak beredar cd / dvd berisi film-film kartun, animasi, robot, dsb yang tampaknya untuk anak-anak – terutama film Jepang.

Secara nggak sengaja baru saja melihat salah satu film anak yang ringkasannya menceritakan kegiatan polisi masa depan di Tokyo.

Ternyata di dalamnya berisi banyak cerita / adegan yang BAHKAN ORANG DEWASA pun tidak semuanya berani nonton !

1. Pertarungan hingga darah menyembur-nyembur luarbiasa, kepala terpotong separoh dan ditampilkan dengan jelas, dsb !
2. Si jagoan mengiris-iris lengannya dengan pisau sampai berkali-kali, gilanya lagi disusul iklan teve tentang pisau pemotong yang “baik” untuk mengiris lengan !
3. Sejumlah trauma remaja yang disebabkan pemaksaan seks, kekerasan ortu, dsb; digambarkan dalam flashback !

Tidak hanya itu – ada juga film yang kelihatannya hanya cerita biasa tapi memperkenalkan doktrin-doktrin yang bisa membuat orang menjadi stress, super agresif, dsb.

Berita terakhir bahwa film Ben-10 dalam penelitian disebutkan menyebabkan mimpi buruk bagi 70% anak yang menontonnya !

Mari para orang tua, kakak, paman, bibi, kakek, dsb – siapapun yang mengasuh anak, remaja, keponakan, cucu -> Tingkatkan kewaspadaan dan pengawasan bagi isi film yang ditonton generasi muda kita !

Yang tidak dijejali film-film perusak mental dan moral saja membutuhkan banyak usaha untuk dibina dan diasuh, apalagi kalau sering dibekali “ilmu” seperti itu.

Satu cara mudah : adalah melakukan quick-scan atas film – cari tombol Fast Forward untuk melihat film dg kecepatan 2x s/d 16x jadi tahu apakah ada adegan yang tidak layak. Anda bisa berhenti tiap saat dengan cara menekan Play, lalu bisa quick-scan lagi berkali-kali tanpa batas.

Untuk mengetahui isi cerita sebaiknya di bagian yang dianggap penting ditonton sedikit untuk tahu gambarannya layak atau tidak bagi anak / remaja.

Memang membutuhkan pengorbanan waktu dan usaha, tapi ini MERUPAKAN SALAH SATU INVESTASI ANDA demi mendapatkan generasi penerus yang baik !

Jaman modern tidaklah memastikan semuanya lebih bagus bagi kehidupan kita !

Jangan tunda lebih lama lagi – saat ini juga periksalah koleksi generasi penerus kita. Singkirkan yang tampaknya kurang baik ! jangan sayang ! BAHAYA !

Salam

Sumber: myjojofan.wordpress.com

Read more...

Beberapa Kejahatan Orang Tua Terhadap Anak

Oleh : Mochamad Bugi

Rasulullah saw. sangat penyayang terhadap anak-anak, baik terhadap keturunan beliau sendiri ataupun anak orang lain. Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. mencium Hasan bin Ali dan didekatnya ada Al-Aqra’ bin Hayis At-Tamimi sedang duduk. Ia kemudian berkata, “Aku memiliki sepuluh orang anak dan tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka.” Rasulullah saw. segera memandang kepadanya dan berkata, “Man laa yarham laa yurham, barangsiapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi.” (HR. Bukhari di Kitab Adab, hadits nomor 5538).

Bahkan dalam shalat pun Rasulullah saw. tidak melarang anak-anak dekat dengan beliau. Hal ini kita dapat dari cerita Abi Qatadah, “Suatu ketika Rasulullah saw. mendatangi kami bersama Umamah binti Abil Ash –anak Zainab, putri Rasulullah saw.—Beliau meletakkannya di atas bahunya. Beliau kemudian shalat dan ketika rukuk, Beliau meletakkannya dan saat bangkit dari sujud, Beliau mengangkat kembali.” (HR. Muslim dalam Kitab Masajid wa Mawadhi’ush Shalah, hadits nomor 840).

Peristiwa itu bukan kejadian satu-satunya yang terekam dalam sejarah. Abdullah bin Syaddad juga meriwayatkan dari ayahnya bahwa, “Ketika waktu datang shalat Isya, Rasulullah saw. datang sambil membawa Hasan dan Husain. Beliau kemudian maju (sebagai imam) dan meletakkan cucunya. Beliau kemudian takbir untuk shalat. Ketika sujud, Beliau pun memanjangkan sujudnya. Ayahku berkata, ‘Saya kemudian mengangkat kepalaku dan melihat anak kecil itu berada di atas punggung Rasulullah saw. yang sedang bersujud. Saya kemudian sujud kembali.’ Setelah selesai shalat, orang-orang pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, saat sedang sujud di antara dua sujudmu tadi, engkau melakukannya sangat lama, sehingga kami mengira telah terjadi sebuha peristiwa besar, atau telah turun wahyu kepadamu.’ Beliau kemudian berkata, ‘Semua yang engkau katakan itu tidak terjadi, tapi cucuku sedang bersenang-senang denganku, dan aku tidak suka menghentikannya sampai dia menyelesaikan keinginannya.” (HR. An-Nasai dalam Kitab At-Thathbiq, hadits nomor 1129).

Usamah bin Zaid ketika masih kecil punya kenangan manis dalam pangkuan Rasulullah saw. “Rasulullah saw. pernah mengambil dan mendudukkanku di atas pahanya, dan meletakkan Hasan di atas pahanya yang lain, kemudian memeluk kami berdua, dan berkata, ‘Ya Allah, kasihanilah keduanya, karena sesungguhnya aku mengasihi keduanya.’” (HR. Bukhari dalam Kitab Adab, hadits nomor 5544).

Begitulah Rasulullah saw. bersikap kepada anak-anak. Secara halus Beliau mengajarkan kepada kita untuk memperhatikan anak-anaknya. Beliau juga mencontohkan dalam praktik bagaimana bersikap kepada anak dengan penuh cinta, kasih, dan kelemahlembutan.

Karena itu, setiap sikap yang bertolak belakang dengan apa-apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., adalah bentuk kejahatan kepada anak-anak. Setidak ada ada empat jenis kejahatan yang kerap dilakukan orang tua terhadap anaknya.

Kejahatan pertama: memaki dan menghina anak

Bagaimana orang tua dikatakan menghina anak-anaknya? Yaitu ketika seorang ayah menilai kekurangan anaknya dan memaparkan setiap kebodohannya. Lebih jahat lagi jika itu dilakukan di hadapan teman-teman si anak. Termasuk dalam kategori ini adalah memberi nama kepada si anak dengan nama yang buruk.

Seorang lelaki penah mendatangi Umar bin Khattab seraya mengadukan kedurhakaan anaknya. Umar kemudian memanggil putra orang tua itu dan menghardiknya atas kedurhakaannya. Tidak lama kemudan anak itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah sang anak memiliki hak atas orang tuanya?”
“Betul,” jawab Umar.
“Apakah hak sang anak?”
“Memilih calon ibu yang baik untuknya, memberinya nama yang baik, dan mengajarkannya Al-Qur’an,” jawab Umar.
“Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku tidak melakukan satu pun dari apa yang engkau sebutkan. Adapun ibuku, ia adalah wanita berkulit hitam bekas hamba sahaya orang majusi; ia menamakanku Ju’lan (kumbang), dan tidak mengajariku satu huruf pun dari Al-Qur’an,” kata anak itu.
Umar segera memandang orang tua itu dan berkata kepadanya, “Engkau datang untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu.”

Rasulullah saw. sangat menekankan agar kita memberi nama yang baik kepada anak-anak kita. Abu Darda’ meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama ayah kalian, maka perbaikilah nama kalian.” (HR. Abu Dawud dalam Kitab Adab, hadits nomor 4297).

Karena itu Rasulullah saw. kerap mengganti nama seseorang yang bermakna jelek dengan nama baru yang baik. Atau, mengganti julukan-julukan yang buruk kepada seseorang dengan julukan yang baik dan bermakna positif. Misalnya, Harb (perang) menjadi Husain, Huznan (yang sedih) menjadi Sahlun (mudah), Bani Maghwiyah (yang tergelincir) menjadi Bani Rusyd (yang diberi petunjuk). Rasulullah saw. memanggil Aisyah dengan nama kecil Aisy untuk memberi kesan lembut dan sayang.

Jadi, adalah sebuah bentuk kejahatan bila kita memberi dan memanggil anak kita dengan sebutan yang buruk lagi dan bermakna menghinakan dirinya.

Kejahatan kedua: melebihkan seorang anak dari yang lain

Memberi lebih kepada anak kesayangan dan mengabaikan anak yang lain adalah bentuk kejahatan orang tua kepada anaknya. Sikap ini adalah salah satu faktor pemicu putusnya hubungan silaturrahmi anak kepada orang tuanya dan pangkal dari permusuhan antar saudara.

Nu’man bin Basyir bercerita, “Ayahku menginfakkan sebagian hartanya untukku. Ibuku –’Amrah binti Rawahah—kemudian berkata, ‘Saya tidak suka engkau melakukan hal itu sehinggi menemui Rasulullah.’ Ayahku kemudian berangkat menemui Rasulullah saw. sebagai saksi atas sedekah yang diberikan kepadaku. Rasulullah saw. berkata kepadanya, ‘Apakah engkau melakukan hal ini kepada seluruh anak-anakmu?’ Ia berkata, ‘Tidak.’ Rasulullah saw. berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah kepada anak-anakmu.’ Ayahku kemudian kembali dan menarik lagi sedekah itu.” (HR. Muslim dalam Kitab Al-Hibaat, hadits nomor 3055).

Dan puncak kezaliman kepada anak adalah ketika orang tua tidak bisa memunculkan rasa cinta dan sayangnya kepada anak perempuan yang kurang cantik, kurang pandai, atau cacat salah satu anggota tubuhnya. Padahal, tidak cantik dan cacat bukanlah kemauan si anak. Apalagi tidak pintar pun itu bukanlah dosa dan kejahatan. Justru setiap keterbatasan anak adalah pemacu bagi orang tua untuk lebih mencintainya dan membantunya. Rasulullah saw. bersabda, “Rahimallahu waalidan a’aana waladahu ‘ala birrihi, semoga Allah mengasihi orang tua yang membantu anaknya di atas kebaikan.” (HR. Ibnu Hibban)

Kejahatan ketiga: mendoakan keburukan bagi si anak

Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tsalatsatu da’awaatin mustajaabaatun: da’watu al-muzhluumi, da’watu al-musaafiri, da’watu waalidin ‘ala walidihi; Ada tiga doa yang dikabulkan: doa orang yang teraniaya, doa musafir, dan doa (keburukan) orang tua atas anaknya.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Birr wash Shilah, hadits nomor 1828)

Entah apa alasan yang membuat seseorang begitu membenci anaknya. Saking bencinya, seorang ibu bisa sepanjang hari lidahnya tidak kering mendoakan agar anaknya celaka, melaknat dan memaki anaknya. Sungguh, ibu itu adalah wanita yang paling bodoh. Setiap doanya yang buruk, setiap ucapan laknat yang meluncur dari lidahnya, dan setiap makian yang diucapkannya bisa terkabul lalu menjadi bentuk hukuman bagi dirinya atas semua amal lisannya yang tak terkendali.

Coba simak kisah ini. Seseorang pernah mengadukan putranya kepada Abdullah bin Mubarak. Abdullah bertanya kepada orang itu, “Apakah engkau pernah berdoa (yang buruk) atasnya.” Orang itu menjawab, “Ya.” Abdullah bin Mubarak berkata, “Engkau telah merusaknya.”

Na’udzubillah! Semoga kita tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan orang itu. Bayangkan, doa buruk bagi anak adalah bentuk kejahatan yang akan menambah rusak si anak yang sebelumnya sudah durhaka kepada orang tuanya.

Kejahatan keempat: tidak memberi pendidikan kepada anak

Ada syair Arab yang berbunyi, “Anak yatim itu bukanlah anak yang telah ditinggal orang tuanya dan meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan hina. Sesungguhnya anak yatim itu adalah yang tidak dapat dekat dengan ibunya yang selalu menghindar darinya, atau ayah yang selalu sibuk dan tidak ada waktu bagi anaknya.”

Perhatian. Itulah kata kuncinya. Dan bentuk perhatian yang tertinggi orang tua kepada anaknya adalah memberikan pendidikan yang baik. Tidak memberikan pendidikan yang baik dan maksimal adalah bentuk kejahatan orang tua terhadap anak. Dan segala kejahatan pasti berbuah ancaman yang buruk bagi pelakunya.

Perintah untuk mendidik anak adalah bentuk realisasi iman. Perintah ini diberikan secara umum kepada kepala rumah tangga tanpa memperhatikan latar belakang pendidikan dan kelas sosial. Setiap ayah wajib memberikan pendidikan kepada anaknya tentang agamanya dan memberi keterampilan untuk bisa mandiri dalam menjalani hidupnya kelak. Jadi, berilah pendidikan yang bisa mengantarkan si anak hidup bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.

Perintah ini diberikan Allah swt. dalam bentuk umum. “Hai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)

Adalah sebuah bentuk kejahatan terhadap anak jika ayah-ibu tenggelam dalam kesibukan, sehingga lupa mengajarkan anaknya cara shalat. Meskipun kesibukan itu adalah mencari rezeki yang digunakan untuk menafkahi anak-anaknya. Jika ayah-ibu berlaku seperti ini, keduanya telah melanggar perintah Allah di surat Thaha ayat 132. “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”

Rasulullah saw. bersabda, “Ajarilah anak-anakmu shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka (bila tidak melaksanakan shalat) pada usaia sepuluh tahun.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Shalah, hadits nomor 372).

Ketahuilah, tidak ada pemberian yang baik dari orang tua kepada anaknya, selain memberi pendidikan yang baik. Begitu hadits dari Ayyub bin Musa yang berasal dari ayahnya dan ayahnya mendapat dari kakeknya bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Maa nahala waalidun waladan min nahlin afdhala min adabin hasanin, tak ada yang lebih utama yang diberikan orang tua kepada anaknya melebihi adab yang baik.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Birr wash Shilah, hadits nomor 1875. Tirmidzi berkata, “Ini hadits mursal.”)

Semoga kita tidak termasuk orang tua yang melakukan empat kejahatan itu kepada anak-anak kita. Amin.


Sumber:shofan.wordpress.com

Read more...

  © Free Blogger Templates Columnus 2008

Back to TOP