Ajarkan Bahasa Inggris kepada Anak sejak Dini

Rabu, 03 Juni 2009

DI ERA globalisasi ini, bahasa Inggris sudah menjadi kewajiban untuk dipelajari. Sebab itu, belajar bahasa Inggris perlu diterapkan pada anak sejak dini. Mendengar anak kecil fasih berbahasa Inggris bukan lagi hal yang mencengangkan. Bahkan, di beberapa sekolah dasar, terutama swasta banyak yang sudah menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Lalu, apabila bahasa Inggris sudah biasa digunakan anak, apakah bagus untuk sosialisasi mereka, bagaimana dengan bahasa Indonesia? Sejauh mana anak diharuskan pandai berbahasa Inggris?

Dikatakan oleh psikolog dari I Love My Psychologist,Dra.Psi. Heryanti Satyadi M.Si, peranan bahasa Inggris lebih terasa diperlukan anak-anak di kota-kota, terutama di kota-kota besar. Indonesia memang belum mewajibkan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, tetapi kelihatannya kita sedang menuju ke sana.

“Jadi mempersiapkan anak lebih awal akan jauh lebih baik karena anak menjadi siap bila masa itu sudah datang,” tutur psikolog yang berpraktik di Kawasan Kelapa Gading ini.

Selain itu, manfaat yang lain adalah di mana pada saat ini buku dan bacaan yang bagus untuk mereka, juga banyak terdapat di dalam bahasa Inggris. Mereka akan lebih diuntungkan bila menguasai bahasa Inggris karena mereka akan lebih banyak memperoleh informasi. Juga dalam mengoperasikan komputer, bahasa Inggris sangat dominan menjadi bahasa pengantarnya.

Heryanti juga menambahkan, yang tidak kalah pentingnya, pertemanan mereka dapat menjangkau sampai ke luar negeri tanpa terhambat dengan bahasa. Saat ini fasilitas Facebook, Friendster, blog sangat baik untuk anak-anak melatihkan kemampuan bahasanya. “Peranan bahasa Inggris sudah cukup banyak di dalam kehidupan anak-anak kita sekarang,” ucapnya.

Masih dikatakan Heryanti, bila anak dilatih bahasa Inggris sebagai bahasa ibu, artinya ia harus diajarkan segera setelah ia berusia kurang lebih 10 bulan-12 bulan. Orang tua harus konsisten berbicara dalam bahasa Inggris dan tidak boleh mencampur-campurkan dengan bahasa lainnya dengan intensitas yang sama.

Namun, bila bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, maka bahasa utamanya, misalnya bahasa Indonesia harus lebih diaktifkan, dijadikan bahasa dialog sehari-hari sampai ia fasih.

“Biasanya anak fasih berbahasa sampai berusia 12 tahun. Bila ingin mengajarkan bahasa Inggris menjadi bahasa yang sama fasihnya, maka intensif kan bahasa ini mulai dari usia ini,” pesan psikolog yang sedang kuliah doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Bila kita menginginkan anak untuk mempelajari dua bahasa sekaligus dengan intensif, maka anak akan mengalami keterlambatan tingkat kefasihan bahasanya. Umumnya, baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris tidak dapat dikuasainya seperti anak-anak lain yang belajar satu bahasa saja. “Untuk berbicara dengan bahasa sehari-hari, cukup diajarkan di rumah dari orang tuanya,” ujarnya.

Dilanjutkan Heryanti, tetapi jika untuk melatih tulis menulis, anak-anak perlu diajarkan di sekolah atau bisa juga dengan menggunakan jasa guru privat atau dengan les privat. Les privat dapat membantu anak lebih memahami dan lebih fokus dalam mempelajari bahasa Inggris karena ia mendapat guru yang khusus hanya memperhatikannya. “Belajar bahasa membutuhkan dialog yang cukup, oleh sebab itu guru les privat sangat membantu kemajuan pelajarannya,” pesannya.

Salah seorang pakar psikologi pendidikan berkebangsaan Australia, Tony Earnshaw menciptakan program pembelajaran membaca dan menulis bahasa Inggris yang sistematik dan kemudian menjadi cara yang paling mudah penerapannya dan terbukti efektif bagi anak-anak.

Tony mulai melakukan penelitiannya di Australia. Menyadari masalah terbesar pada anak-anak dalam menjalani pendidikan dasar berhubungan dengan masalah membaca dan menulis. Tony kemudian bergabung dengan Annabel Seargeant yang juga pakar psikologi pendidikan, untuk melakukan penelitian tentang penyebab pada anak-anak yang mengalami kesulitan membaca.

Setelah menghabiskan waktu lebih dari dua dekade untuk melakukan penelitian yang komprehensif dan mempelajari perilaku anak-anak yang mengalami masalah dalam membaca di Perth dan Sidney, Australia, Tony dan Annabel menemukan apa yang menjadi penyebab kemampuan membaca yang buruk dan menemukan cara yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.

“Terdapat 44 bunyi dalam bahasa Inggris, 26 bunyi di antaranya merupakan bunyi alfabet secara umum dan sisanya merupakan variasi bunyi,” papar Tony pada saat acara jumpa pers sekaligus pembukaan “I Can Read” cabang Menteng, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tony menuturkan, untuk anak-anak yang ingin cepat pandai dalam bahasa Inggris, maka peka terhadap 44 bunyi tadi adalah suatu hal yang penting dilakukan.

Ajarkan dalam Percakapan Sehari-hari

Ajarkan anak secara bertahap dalam menerima bahasa baru. Misal dari kegiatan sehari-hari. Mengajarkan anak mengenal bahasa, bisa melalui gambar terlebih dahulu dan dilakukan dalam keseharian. Heryanti Satyadi M.Si, menuturkan, untuk mempelajari bahasa Inggris yang formal, seperti membaca dan menulis, dibutuhkan waktu khusus.

Namun, untuk bahasa percakapan sehari-hari dapat dipelajari setiap saat. “Mengajarkan percakapan sehari-hari dapat dilakukan setiap saat,” papar psikolog yang aktif di pembinaan gender “Wanita Bijak” Indonesia sebagai pembicara.

Heryanti menjelaskan, bahasa Inggris seperti pada keterampilan lainnya bersifat netral. Anak tidak mungkin merasa tidak suka berbahasa Inggris. Yang mungkin terjadi adalah anak mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan ketika ia harus belajar bahasa Inggris.

Misalnya, ia harus les bahasa Inggris di waktu yang berbarengan dengan film kesayangannya ditayangkan di TV, atau ia mendapat guru yang galak, atau pernah ditertawakan ketika ia mengucapkan perkataan dengan bahasa Inggris yang salah.

“Cara yang paling mudah mengajarkan anak berbahasa Inggris adalah dengan menggunakannya untuk berkomunikasi dengannya dalam situasi sehari-hari, mengajaknya bercakap-cakap, membacakan buku, menulis surat kepadanya, dan sebagainya,” ujar psikolog yang juga ibu dari 2 anak ini.

Salah seorang pakar psikologi pendidikan berkebangsaan Australia, Tony Earnshaw menuturkan, sistem pembelajaran bahasa Inggris yang diterapkan di I Can Read tidak menggunakan sistem menghafal, tetapi melatih anak-anak menjadi lebih peka terhadap 44 bunyi yang sangat penting untuk membangun kemampuan dasar anak-anak dalam bahasa Inggris.

“Dengan begitu, maka sistem tersebut dapat membantu mereka untuk mengenali kata yang dimulai dengan bunyi yang sama walau hurufnya berbeda maupun sebaliknya. Misalnya saja seperti bunyi yang terdapat dalam kata five (faif) dan phone (fon) atau pada cat (ket) dan circle (s-irkl),” ucap Tony yang telah meraih gelar doktor dari University of New South Wales, Australia.

Tony menuturkan, adanya sistem ini membuat anak-anak mengenali kata yang dimulai dengan bunyi yang sama walau hurufnya berbeda. Pembelajaran yang dilakukan dibantu juga dengan “kartu pengkodean”. Dari sana, anak bisa mencari tahu bagaimana membaca sebuah kosakata yang baik dan benar tanpa bantuan orang tua.

“Hal ini bisa menumbuhkan rasa percaya diri pada anak,” ujar Tony. Ia memaparkan, sistem sederhana pengodean di I Can Read, pembelajarannya diibaratkan seperti anak yang sedang belajar mengendarai sepeda.

“Sampai kapan pun, anak tidak akan lupa karena pengodean tadi. Jadi titik awal seperti halnya belajar bersepeda. Walaupun sudah jarang bersepeda, dia akan memahami secara nalurinya,” ucap Tony yang pernah bekerja sebagai Psikolog Pendidikan Senior di Departemen Pendidikan di Singapura.

Dikatakan Tony, kemampuan membaca dan berbahasa Inggris bukan suatu kemampuan alami yang didapat seorang anak sejak mereka lahir, melainkan merupakan suatu kemampuan yang harus diperoleh anak tersebut dengan cara belajar dengan suatu sistem yang tepat sehingga ia tidak akan pernah lupa bagaimana cara membacanya.

Sumber:adhymantovani.wordpress.com

0 komentar:

  © Free Blogger Templates Columnus 2008

Back to TOP